Senin, 19 November 2018

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI INDUSTRI KERAJINAN KAYU (Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kajeng Handycraft Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta) SKRIPSI


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI INDUSTRI KERAJINAN KAYU
(Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kajeng Handycraft
Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta)


SKRIPSI


       





PEUS URWAN
NO. MHS. 12510032


PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA
2018







BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
             Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pemikiran yang tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat. Setiap upaya pemberdayaan harus diarahkan pada penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kehidupan yang jauh lebih baik. Pemberdayaan senantiasa mempunyai dua pengertian yang saling terkait (Murniati, 2008:8).
             Masyarakat yang belum berkembang sebagai pihak yang harus diberdayakan, dan pihak yang menaruh keperdulian sebagai pihak yang memberdayakan. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah pengetahuan serta penghasilannya, sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan diri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasaan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, malainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, dan berpartisipan dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto, 2014:58).
            Pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Salah satu pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi kreatif adalah industri kecil dan menengah. Ekonomi kreatif merupakan sumberdaya ekonomi masyarakat yang diyakini dapat menjawab tantangan permasalahan dasar ekonomi dalam jangka pendek dan menengah bangsa, relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi pasca krisis (rata-rata hanya 4,5% per tahun), masih tingginya pengangguran (9-10%), tingginya tingkat kemiskinan (16-17%), rendahnya daya saing industri (Studi Industri Kreatif Indonesia, 2008:2).
             Ekonomi kreatif secara umum memiliki 5 (lima) permasalahan utama yang menjadi pokok perhatian dan rencana pengembangan industri kreatif untuk pencapaian 2015, yaitu kuantitas dan kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku dalam industri kreatif, iklim kondusif untuk memulai dan menjalankan usaha di industri kreatif, penghargaan terhadap karya kreatif yang dihasilkan, percepatan pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi, lembaga pembiayaan yang mendukung industri kreatif (Pangestu dalam Zahara dan Darman, 2015:372).
             Berdasarkan hasil survei dan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi UMKM terhadap PDB (tanpa migas) pada Tahun 1997 tercatat sebesar 62,71 persen dan pada Tahun 2002 kontribusinya meningkat menjadi 63,89 persen. Di sisi lain, menurut data sementara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2005) pada tahun 2003, kontribusi UKM dalam ekspor hanya sebesar 16% dari total ekspor (4% berasal sektor usaha kecil dan 12% berasal dari usaha menengah). Gambaran ini menunjukkan bahwa kemampuan produk UMKM untuk dapat bersaing di pasar global masih rendah. Menurut Tambunan (1999) keunggulan UKM dalam ekspor karena mengandalkan pada keahlian tangan (hand made), seperti pada kerajinan perhiasan dan ukiran kayu. Jenis kegiatan semacam ini lebih labor intensive di bidang usaha besar yang cenderung bersifat capital intensive (BPS, 2012:57).
             Sedangkan pada Tahun 2016 kontribusi sektor UKM terhadap PDB semakin menggeliat dalam lima tahun terakhir. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat kontribusi sektor UKM meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen. Tidak hanya itu, sektor UKM juga telah membantu penyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Serapan tenaga kerja pada sektor UKM tumbuh dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen dalam periode lima tahun terakhir. Adapun, dari 15 subsektor ekonomi kreatif yang dikembangkan, tiga di antaranya tercatat berkontribusi paling besar terhadap PDB yaitu kuliner sebesar Rp.209 triliun atau 32,5 persen, fesyen sebesar Rp.182 triliun atau 28,3 persen, dan kerajinan sebesar Rp.93 triliun atau 14,4 persen. Kemudian kontribusi sektor UKM terhadap ekspor Indonesia pada Tahun 2016 hanya 15,8 persen. Angka tersebut tertinggal jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, misalnya, Thailand sebesar 29,5 persen, dan Filipina 20 persen. Akses sektor umum terhadap rantai nilai pasok produksi global nyatanya juga minim, yaitu, 0,8 persen. Hal ini menunjukkan sebagian besar pelaku UKM tidak memiliki akses dan informasi ke pasar global. Hal ini merupakan tantangan sekaligus pekerjaan rumah yang harus kami tangani secara bersama (https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161121122525-92-174080/kontribusi-umkm-terhadap-pdb-tembus-lebih-dari-60-persen/., diakses 26 Oktober 2017).
            Oleh karena itu, pengembangan industri kecil perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya industri kecil. Pengembangan industri kecil melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu memperhatikan aspek sosial dan budaya di masing-masing daerah, mengingat usaha kecil pada umumnya tumbuh dari masyarakat secara langsung. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan industri kecil di samping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya (SDM) (Jhingan, 2004:426).
             Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang terdiri dari empat kabupaten dan satu kota besar. Salah satu kabupaten yang memiliki berbagai jenis usaha kecil dan menengah adalah wilayah Kabupaten Bantul. Kegiatan ekonomi produktif di Bantul saat ini mulai menggeliat lagi, setelah sebelumnya pada tahun 2006 dilanda bencana gempa bumi yang sempat memporakporandakan Wilayah Bantul sehingga segala jenis kegiatan perekonomian yang ada lumpuh total. Namun mulai tahun 2008 masyarakat Bantul telah bangkit kembali, kegiatan perekonomian telah menunjukkan adanya peningkatan. Usaha kecil menengah yang banyak tumbuh di wilayah Bantul adalah industri kerajinan. Industri kerajinan yang ada di wilayah Bantul diantaranya; kerajinan batik, kerajinan gerabah, kerajinan berbahan kayu, industri kulit, kerajinan berbahan bambu, kerajinan patung, kerajinan logam, dan berbagai industri makanan tradisional (Endarwati, dkk., 2010:396).
              Dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul mencatat bahwa pada Tahun 2011 industri kerajinan kecil di wilayahnya telah mampu menyerap sekitar 2.307 penduduknya. Sedangkan pada Tahun 2012 jumlah tenaga kerja yang terserap, industri yang berlokasi di Kabupaten Bantul mampu menyerap tenaga kerja terbesar dengan jumlah 83.799 orang (BPS DIY, 2012). Selama ini, produk kerajinan dari Bantul antara lain di ekspor ke Belanda, Korea, Amerika, Jerman, dan Turki. Nilai ekspor Kabupaten Bantul selama tahun 2011 mencapai 4.407 juta dolar AS (Lakip Kabupaten Bantul Tahun 2011). Kemudian pada Tahun 2016 Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, dan Perindustrian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat keberadaan industri mikro, kecil, dan menengah di daerahnya mampu menyerap 95.164 tenaga kerja dari total sebanyak 21.567 industri mikro, kecil, dan menengah yang ada di Bantul (BPS DIY, 2016). Kabupaten Bantul juga memiliki sekitar 17 ribu UKM berpotensi ekspor yang tersebar di 73 sentra industri. Industri mikro dan kecil di Bantul yang sebanyak itu merupakan yang terdata hingga akhir Tahun 2016, mayoritas usahanya bergerak di sektor kerajinan tangan dan industri kreatif di sejumlah sentra-sentra kerajinan. Jumlah industri mikro kecil dan tenaga kerja yang terdata di dinas tersebut mengalami peningkatan jumlah dari Tahun 2015 yang sekitar 20 ribuan industri dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 90 ribu orang (BPS DIY, 2016:176).
             Salah satu produk unggulan dalam industri handycraft sebagai upaya pemberdayaan masyarakat desa di daerah Kabupaten Bantul adalah produk kerajinan kayu. Sebagai daerah pedesaan, potensi daerah Bantul sangat mendukung berkembangnya industri kerajinan kayu. Tumbuhan kayu sangat mudah didapatkan di daerah Bantul. Hampir di seluruh wilayah Bantul dapat dijumpai tumbuhan kayu seperti pohon jati, pahon mahoni, pohon sengon, dan sebagainya. Kondisi tersebut menjadikan tumbuh dan berkembangnya industri kerajinan kayu di Bantul, karena untuk masalah bahan baku, para pengrajin tidak merasa terkendala dalam memerolehnya (Endarwati, dkk., 2010:397).
             Industri kecil sebagai industri handycraft untuk pemberdayaan masyarakat desa yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Kajeng Handycraft, dimana UKM ini bergerak di bidang kerajinan mainan edukatif dengan bahan kayu. Kayu yang mereka gunakan adalah jenis kayu jati, kayu mahoni dan kayu sengon. Untuk mendapatkan suplai bahan baku kayu, kedua UKM ini tidak mengalami kesulitan, mereka mendapatkannya dari sekitar wilayah Bantul, Gunung Kidul, dan Jawa Tengah. Bahkan untuk lebih menghemat dalam pengadaan bahan baku, kedua UKM memanfaatkan limbah/sisa kayu yang dibeli dari perusahaan furnitur, dengan harga untuk limbah kayu jati sebesar Rp. 2.000.000 tiap satu truk, dan rata-rata setiap bulan mampu menghabiskan bahan baku sebanyak 4 truk.
             Hal yang mendukung terkait partisipasi masyarakat dalam industri Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta adalah peralatan produksi yang dimiliki Kajeng Handycraft sudah cukup memadai karena pasca gempa Mei 2006 telah mendapatkan bantuan peralatan dari negara Jepang. Namun yang menjadi permasalahan atau kendalanya adalah karyawannya belum memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam maintenance mesin, sehingga apabila ada kerusakan mesin, produksi harus berhenti dahulu menunggu proses perbaikan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan proses produksi membutuhkan waktu yang lebih lama. Selain itu hasil pemotongan dari mesin gergaji yang dimiliki masih menyisakan bahan yang harus di-finishing lebih lanjut. Penyebabnya adalah mata gergaji circle yang sudah tidak tajam lagi, sedangkan Kajeng Handycraft ini tidak memiliki mesin gerinda untuk mengasah mata gergaji. Kemampuan masyarakat dalam maintenance mesin juga sangat kurang, sehingga proses produksi sering terhenti akibat ada kerusakan mesin. Kajeng Handycraft ini sangat mengharapkan memiliki mesin radial arm saw dimana posisi pisau gergajinya dapat digerakkan maju mundur sehingga sangat efisien dalam proses pemotongan.
             Proses produksi yang dijalani oleh Kajeng Handycraft ini hampir sama yaitu diawali dengan proses pemotongan kayu dengan mesin atau gergaji (scroll) kemudian dibentuk menjadikepingan-kepingan kayu (puzzle). Setelah itu dilanjutkan dengan proses finishing melalui pengerjaan pendempulan, pengamplasan kayu secara manual maupun menggunakan mesin. Selanjutnya pengecatan agar kelihatan menarik dan memiliki daya saing yang kompetitif. Produk yang dihasilkan Kajeng Handycraft antara lain; berbagai mainan edukatif seperti permainan blok kayu, permainan potongan gambar, huruf-huruf, binatang, kereta, mobil, truk, pesawat dan lain-lain, yang berguna bagi perkembangan awal masa kanak-kanak, bahkan ada peralatan olah raga berupa stik baseball. Produk Kajeng Handycraft dipasarkan dengan harga cukup bervariasi mulai dari Rp. 15.000 hingga Rp. 300.000. Namun desain produk yang dihasilkan dirasa masih monoton dan kurang bervariasi, sehingga diperlukan bimbingan atau pelatihan dalam desain produk. Kapasitas produksi Kajeng Handycraft ini mampu berproduksi sekitar 10.000 unit per bulan dengan omzet per bulan sekitar Rp. 262.500.000. Pangsa pasarnyapun cukup luas, baik di dalam negeri maupun pasar ekspor.
      Hasil observasi peneliti di industri Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta diketahui bahwa dapat diidentifikasi permasalahan terkait dengan kendala dalam pengembangan partisipasi masyarakat sebagai wujud dari pemberdayaan masyarakat di Kajeng Handycraft, yaitu Kajeng Handycraft memerlukan inovasi dan transfer teknologi berupa penambahan mesin dan peralatan proses produksi, Kajeng Handycraft memerlukan perbaikan manajemen usaha, Kajeng Handycraft memerlukan peningkatan motivasi kerja karyawan yang sebagian besar masyarakat desa setempat, Kajeng Handycraft belum memiliki kemampuan mendesain menggunakan program komputer, dan Kajeng Handycraft belum memiliki bentuk packaging yang menarik.
       Berkaitan dengan penjelasan di atas, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Industri Kerajinan Kayu (Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kajeng Handycraft Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta)”.


B. Rumusan Masalah
      Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah bentuk pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta?
2.      Bagaimanakah faktor penghambat dan faktor pendukung industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
      Adapun tujuan dari penelitian adalah:
1.      Untuk mengetahui bentuk pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kerajinan Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
2.      Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta?
D. Manfaat Penelitian
  Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.    Manfaat Teoritis
Secara teoritis dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memperluas pengetahuan bidang ilmu Sosiatri dan dijadikan khasanah kepustakaan sebagai pedoman dalam penelitian yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
2.    Manfaat Praktis
     Hasil tersebut secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan bagi industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat.
E.  Kerangka Teori
               Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan serangkaian teori-teori yang melandasi penelitian tentang pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Oleh karena itu, konsep yang dipaparkan dalam penelitian ini meliputi; teori empowering (pemberdayaan) masyarakat, partisipasi masyarakat dalam industri, industri handycraft.

      1. Teori Empowering (Pemberdayaan)
          a. Empowering (Pemberdayaan)
       Definisi pemberdayaan dalam arti sempit yang berkaitan dengan sistem pengajaran antara lain dikemukakan oleh Merriam Webster dan Oxford English Dictionary kata ”empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to give power of authority dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain, sedangkan, dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan (dalam Murniati, 2008:21). Pemberdayaan (empowerment) menurut Ife (dalam Suharto, 2014) diartikan sebagai pemberian atau peningkatan kekuasaan (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantage). Menurut Parsons (dalam Suharto, 2014:66) pemberdayaan masyarakat berarti memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berkreasi melalui keterampilan yang dimiliki dalam menciptakan sesuatu yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
      Selanjutnya, Soeharto (dalam Firmansyah, 2012:2) menjelaskan hasil akhir proses pemberdayaan adalah suatu keberdayaan. Adapun parameter keberdayaan adalah: (1) tingkat kesadaran dan keinginan untuk berubah (power to); (2) tingkat kemampuan meningkatkan kapasitas untuk memperoleh akses (power within); (3) tingkat kemampuan menghadapi hambatan (power over); (4) tingkat kemampuan kerjasama dan solidaritas (power with). Keempat parameter tersebut berkaitan erat dengan adanya perubahan pola pikir, budaya, dan kebiasaan. Dengan demikian, dibutuhkan waktu yang relatif lama (5-6 tahun) untuk mencapai suatu keberdayaan, mengingat merubah budaya dan kebiasaan hidup masyarakat adalah bukan hal yang mudah (Pangesti, 2012:3).
       Sedangkan proses pemberdayaan dalam konteks aktualisasi diri berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan individu dengan menggali segala potensi yang dimiliki oleh individu tersebut baik menurut kemampuan keahlian (skill) ataupun pengetahuan (knowledge). Seseorang tokoh pendidikan Paulo Freire, berpendapat bahwa pendidikan seharusnya dapat memberdayakan dan membebaskan para peserta didiknya, karena dapat mendengarkan suara dari peserta didik. Hal yang dimaksud suara adalah segala asprasi maupun segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut (Murniati, 2008:14).
        Pranaka dan Moeljanto (dalam Firmansyah, 2012:4) menjelaskan konsep pemberdayaan (empowerment) dilihat dari perkembangan konsep dan pengertian yang disajikan dalam beberapa catatan kepustakaan, dan penerapannya dalam kehidupan masyrakat. Pemahaman konsep dirasa penting, karena konsep ini mempunyai akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat. Perlu upaya mengaktualisasikan konsep pemberdayaan tersebut sesuai dengan alam pikiran dan kebudayaan Indonesia. Namun empowerment hanya akan mempunyai arti kalau proses pemberdayaan menjadi bagian dan fungsi dari kebudayaan, baliknya menjadi hal yang destruktif bagi proses aktualisasi dan koaktualisasi aksestensi manusia (Murniati, 2008:21).
        Pada intinya pemberdayaan adalah membantu klien untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki antara lain dengan transfer daya dari lingkungannya (Onny dan Pranaka, 1996:2-8).
       b. Hakekat dan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
       Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumberdaya yang di miliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.
        Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (afektif, kognitif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan kecakapan-keterampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhan tersebut (Sulistiyani, 2004:79).
        c. Tahap-tahap Pemberdayaan
        Menurut Sumodingningrat (2004:41) pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status, mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.
        Sebagaimana disampaikan di muka bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui adalah (Sumodingningrat, 2004:41):
1)      Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
2)      Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3)      Tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mehantarkan pada kemandirian.
d. Sasaran Pemberdayaan
      Perlu dipikirkan siapa yang sesungguhnya menjadi sasaran pemberdayaan. Schumacher memiliki pandangan pemberdayaan sebagai suatu bagian dari masyarakat miskin dengan tidak harus menghilangkan ketimpangan struktural lebih dahulu. Masyarakat miskin sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun, dengan demikian memberikan “kail jauh lebih tepat daripada memberikan ikan (Sumodingningrat, 2004:47).
        e. Pendekatan Pemberdayaan
                Akibat dari pemahaman hakikat pemberdayaan yang berbeda-beda, maka lahirlah dua sudut pandang yang bersifat kontradiktif, kedua sudut pandang tersebut memberikan implikasi atas pendekatan yang berbeda pula di dalam melakukan langkah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan yang pertama memahami pemberdayaan sebagai suatu sudut pandang konfliktual. Munculnya cara pandang tersebut didasarkan pada perspektif konflik antara pihak yang memiliki daya atau kekuatan di satu sisi, yang berhadapan dengan pihak yang lemah di sisi lainya. Pendapat ini diwarnai oleh pemahaman bahwa kedua pihak yang berhadapan tersebut sebagai suatu fenomena kompetisi untuk mendapatkan daya, yaitu pihak yang kuat berhadapan dengan kelompok lemah (Sumodingningrat, 2004:43).
                   Penuturan yang lebih simpel dapat disampaikan, bahwa proses pemberian daya kepada kelompok lemah berakibat pada berkurangnya daya kelompok lain. Sudut ini lebih di pandang popular dengan istilah zero-sum. Pandangan kedua bertentangan dengan pandangan pertama. Jika pada pihak yang berkuasa, maka sudut pandang kedua berpegang pada prinsip sebaliknya, maka terjadi proses pemberdayaan dari yang berkuasa/berdaya kepada pihak yang lemah justru akan memperkuat daya pihak pertama. Dengan demikian kekhawatiran yang terjadi pada sudut pandang kedua. Pemberi daya akan memperoleh manfaat positif berupa peningkatan daya apabila melakukan proses pemberdayaan terhadap pihak yang lemah. Oleh karena itu keyakinan yang dimiliki oleh sudut pandang ini adanya penekanan aspek generatif. Sudut pandang demikian ini popular dengan nama positive-sum (Sumodingningrat, 2004:58).
      2. Industri Kerajinan Tangan
          a. Pengertian Industri
      Menurut Utoyo (2009:32) pengertian industri terbagi menjadi dua yaitu secara sempit dan secara luas. Secara sempit industri adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia dalam mengolah bahan mentah yang ada untuk dijadikan barang setengah jadi atau mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki kegunaan bagi kepentingan manusia. Sedangkan secara luas industri adalah segala kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan menurut Kartasapoetra (1997:17), industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Lain halnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misal mesin.
        Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (dalam Teradita, 2010:32) industri adalah suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan untuk mengubah bahan baku dengan mesin atau kimia atau dengan tangan menjadi produk baru, atau mengubah barang-barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud mendekatkan produk tersebut pada konsumen akhir.
       Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan dalam memproses atau mengolah barang mentah, barang setengah jadi, dan atau barang jadi dengan menggunakan sarana dan peralatan untuk merubah sesuatu yang tidakberguna menjadi barang yang memiliki kegunaan atau nilai yang lebih tinggi yang dapat membantu memenuhi atau melayani kebutuhan manusia. Dalam hal ini industri kerajinan kain perca mengolah kain sisa menjadi barang yang berguna seperti keset, sarung bantal, sarung guling dan lain sebagainya.
          b. Pengelolaan Industri
                     Departemen industri menggolongkan industri menjadi industri kecil dan industri menengah. Aset pada industri kecil lebih kecil dari Rp.200 juta di luar tanah dan bangunan, omset tahunan lebih kecil dari Rp.1 milyar. Sedangkan industri menengah, omset penjualan antara Rp1 milyar hingga Rp.50 milyar (Depperindag-BPS dalam Teradita, 2010:34). Klasifikasi industri kecil menurut Departemen Perindustrian (dalam Teradita, 2010:34) adalah sebagai berikut:
1)      Industri kecil modern. Industri kecil modern meliputi: a) Menggunakan teknologi proses madya. b) Bergantung pada dukungan litbang dan usaha-usaha kerekayasaan. c) Dilibatkan dalam sistem produksi industri besar dan menengah dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor. d) Menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan model lainnya. e) Mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemasaran yang lebih berkembang baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor.
2)      Industri kecil tradisional. Karakteristik industri kecil tradisional di antaranya sebagai berikut: a) Teknologi yang digunakan sederhana. b) Teknologi pada bantuan UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang disediakan oleh Departemen Perindustrian sebagai bagian dari program bantuan teknis kepada industri kecil. c) Alat perlengkapan dan mesin yang digunakan relatif sederhana. d) Lokasinya di daerah pedesaan.
3)      Industri Kecil Kerajinan Industri kecil kerajinan adalah usaha pembuatan barang-barang dari bahan-bahan mentah dengan sifat utama tenaga buruh yang diupah atau digaji. Menurut Grendi (Hafid, 2014:34) buruh merupakan seseorang yang bekerja pada orang lain atau badan hukum dan mendapatkan upah sebagai imbalan atas jerih payahnya dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya, dengan kata lain semua orang yang tidak memiliki alat produksi dan bekerja pada pemilik alat produksi dapat dikatakan sebagai buruh. Industri ini disebut juga sebagai cottage industry, yaitu proses produksi dari perusahaan kecil yang dalam pembuatannya lebih mengandalkan metode keterampilan tangan (hand made) daripada menggunakan alat-alat mekanik.
          c. Industri Handycraft
      Kerajinan merurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Qodariyah, 2004:21) bermakna; barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan. Menurut Soeroto (dalam Qodariyah, 2004:24), seni kerajinan merupakan usaha produktif di sektor nonpertanian baik untuk mata pencaharian utama maupun sampingan, oleh karenanya merupakan usaha ekonomi, maka usaha seni kerajinan dikategorikan ke dalam usaha industri. Melalui tradisi kecil telah lahir istilah “Kerajinan” sebagai sebutan hasil karya yang diciptakan para “perajin.” Adapun dimana tempat mereka melakukan kegiatannya disebut “Desa Kerajinan”, oleh karenanya istilah ini lebih memasyarakat.
       Industri kreatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan
      Seni kerajinan memiliki latar belakang historis berangkat dan berkembang dalam kategori tradisional, yang berlandaskan pada persepsi wawasan keselarasan dan keseimbangan hidup. Tujuan perwujudan cipta seni yang serba simetris, selaras dan seimbang, sehingga menjadi harmonis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seni kerajinan umumnya tidak dilahirkan untuk ketinggian keindahannya, akan tetapi dilahirkan untuk melayani kebutuhan praktis manusia sehari-hari, sedangkan produk seni terutama di masa lalu, sekalipun juga terkait dengan kegunaan praktis, tetapi nilai estetis, simbolik dan spiritualnya luluh bahkan berada di atas fungsi fisiknya (Kusnadi dalam Qodariyah, 2004:27).
       Dengan demikian, seni kerajinan lahir dari sifat rajin, terampil atau keprigelan tangan manusia, yang dapat menghasilkan benda-benda pakai maupun benda-benda hias, baik sebagai benda penghias interior maupun benda hias eksterior. Oleh karena itu seni kerajinan di samping memiliki nilai guna juga memiliki nilai-nilai budaya.
       Berdasarkan bahan baku (raw material), produk kerajinan dikategorikan menjadi: 1). Ceramic (seperti tanah liat, erathen ware, pottery, stoneware, porcelain), 2). Logam (seperti emas, perak, perunggu, besi, tembaga), 3). Natural fiber, serat alam (bambu, akar-akaran, rotan), 4). Batu-batuan (seperti batu mulia, semi precious stone, jade), 5). Tekstil (seperti cotton, sutra, linen), dan 6. Kayu (termasuk kertas dan lacquer ware).
      3. Industri Kerajinan Kayu Kajeng Handycraft
               Industri Kerajinan Kajeng adalah perusahaan yang memproduksi mainan pendidikan di Indonesia. Produk terbaiknya adalah teka-teki 3D yang memiliki pendidikan nilai tinggi dengan bahan dasar kayu jati. Produk unggulan Industri Kerajinan kayu Kajeng Handycraft adalah Education Toys, Teakwood Puzzle, dan Wooden Puzzle. Produk yang dihasilkan Kajeng Handycraft antara lain; berbagai mainan edukatif seperti permainan blok kayu, permainan potongan gambar, huruf-huruf, binatang, kereta, mobil, truk, pesawat dan lain-lain, yang berguna bagi perkembangan awal masa kanak-kanak, bahkan ada peralatan olah raga berupa stik baseball. Produk Kajeng Handycraft dipasarkan dengan harga cukup bervariasi mulai dari Rp. 15.000 hingga Rp. 300.000. Namun desain produk yang dihasilkan dirasa masih monoton dan kurang bervariasi, sehingga diperlukan bimbingan atau pelatihan dalam desain produk. Kapasitas produksi Kajeng Handycraft ini mampu berproduksi sekitar 10.000 unit per bulan dengan omzet per bulan sekitar Rp. 262.500.000. Pangsa pasarnya-pun cukup luas, baik di dalam negeri maupun pasar ekspor.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yakni pengamatan dan penyelidikan secara kritis untuk mendapatkan keterangan yang tepat terhadap suatu persoalan dan obyek tertentu di daerah kelompok komunitas atau lokasi tertentu akan ditelaah atau menggambaran atau uraian atas sesuatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Ruslan, 2004:55).
2. Definisi Konseptual
     Konsep variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat melalui industri handycraft.

a.      Pemberdayaan Masyarakat
            Pemberdayaan masyarakat adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan individu dan atau kelompok lemah dalam masyarakat.
b.      Industri Kerajinan Kayu
           Industri kerajinan kayu adalah kegiatan memproses atau mengolah barang kayu dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin.
3. Subjek Penelitian
             Subjek penelitian ini adalah pengusaha industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft (1 orang), Kepala Desa dan Sekretaris Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta (2 orang), karyawan (pekerja) Kajeng Handycraft (20 orang), dan BPD Sewon, Bantul, Yogyakarta (2 orang), dan Dinas Perindustrian Bantul, Yogyakarta (1 orang).
4. Objek Penelitian
             Obbjek penelitian ini adalah Kajeng Handycraft Desa Panggungharjo.
5. Tempat Penelitian
        Penelitian ini dilakukan di industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
6.  Teknik Pengumpulan Data
             Dalam setiap penelitian, disamping menggunakan metode yang tepat diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun teknik pengumpulan data yang relevan. Kecermatan dalam memilihi dan menyusun teknik pengumpulan data ini akan sangat mempengaruhi objektivitas hasil penelitian (Nawawi, 2007:100). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi pustaka.
       a. Wawancara (Interview)
      Peneliti melakukan wawancara terstruktur terhadap responden yang merupakan sumber data primer yang terkait dengan penelitian  ini, yaitu;  pemilik/manajer kerajinan kayu Kajeng Handycraft Desa Panggungharjo terkait dengan pemberdayaan masyarakat melalui industri handycraft, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Kepala Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta terkait dengan peran lembaga pemerintah desa dalam pengembangan partisipasi masyarakat desa pada industri handycraft, karyawan Kajeng Handycraft, dan perwakilan masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
     b.  Observasi
            Observasi dilakukan secara langsung, yaitu penulis melakukan pengamatan ke obyek industri Kajeng Handycraft Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta untuk mengamati kondisi serta mengambil foto-foto di lingkungan industri Kajeng Handycraft, sehingga diperoleh data yang akurat.

     c.  Dokumentasi
                Sugiyono (2017: 329) menjelaskan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan meminta data-data dari pihak Kajeng Handycraft, misalnya mengenai data dokumentasi produk Kajeng Handycraft, dokumentasi pada saat penelitian. Hal ini dilakukan agar informasi yang didapatkan benar-benar bersumber dari objek yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Teknik dokumentasi juga dapat dilakukan dalam bentuk memotret semua kejadian yang berlangsung selama peneliti melakukan kegiatan penelitian.
7. Metode Analisis Data
      Teknik analisa data dapat dilakukan dengan model analisis deskriptif kualitatif di mana intinya adalah interaksi antar komponen penelitian maupun proses pengumpulan data selama proses penelitian. Analisa data dilakukan untuk menganalisis bagaimanakah pemberdayaan masyarakat melalui industri Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Analisis pada data kualitatif yang dilakukan meliputi (Sugiyono, 2017:67).

       a. Keabsahan Data (Triangulasi)
               Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik memeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lain (Moelong, 2017:330). Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, dimana peneliti membandingkan dan mengoreksi ulang drajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moelong, 2017:331). Hal itu dicapai dengan jalan membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan.
      b. Reduksi Data
                     Reduksi data diartikan proses pemilihan, pemusatan, atau penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang mengacu dari catatan lapangan, reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.
        c. Penyajian Data
           Penyajian data merupakan upaya penyusunan, pengumpulan informasi kadalam suatu matriks atau konfigurasi yang mudah dipahami. Konfigurasi semacam ini akan memudahkan dalam penarikan kesimpulan atau penyerderhanaan informasi yang komplek kedalam suatu bentuk yang dapat dipahami. Penyajian data yang sederhana dan mudah dipahami adalah cara utama untuk menganalisis data deskriptif kualitatif yang valid.
        d. Menarik Kesimpulan
      Berawal dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari makna dari data-data yang terkumpul. Selanjutnya peneliti mencari arti dan penjelasannya kemudian menyusun pola-pola hubungan tertentu ke dalam suatu kesatuan yang mudah dipahami dan ditafsirkan.



BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
A. Desa Panggungharjo
     1. Sejarah Desa Panggungharjo
       Desa Panggungharjo merupakan gabungan dari tiga kelurahan yakni Kelurahan Cabeyan, Kelurahan Prancak, dan Kelurahan Krapyak. Keberadaan Desa Panggungharjo tidak bisa dipisahkan dari keberadaan “Panggung Krapyak” atau oleh masyarakat sekitar disebut sebagai “Kandang Menjangan” yang berada di Pedukuhan Krapyak Kulon Desa Panggungharjo. Sebagaimana diketahui bahwa Panggung Krapyak adalah merupakan salah satu elemen dari ‘sumbu imajiner’ yang membelah Kota Yogyakarta, yaitu garis Gunung Merapi – Tugu Pal Putih – Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat – Panggung Krapyak dan Parangkusumo yang berada di pantai selatan.
       Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan Keputusan Dewan Pemerintah Daerah Yogyakarta Nomor 148/D.Pem.D/OP Tertanggal 23 September 1947 yang dengan keputusan dewan pemerintah tersebut pula, Hardjo Sumarto, diangkat sebagai Lurah Desa Panggungharjo yang pertama. Berdasarkan fakta dan bukti sejarah, akar budaya di Desa Panggungharjo tumbuh dan berkembang berhubungan erat dan dipengaruhi oleh komunitas dan intervensi budaya yang berkembang pada masanya, yaitu (http://www.panggungharjo.desa.id/sejarah-desa-panggungharjo/.,  diakses 9 Januari 2017):
a. Pada abad ke 9-10 Desa Panggungharjo adalah merupakan kawasan agraris, hal ini dibuktikan dengan adanya Situs Yoni Karang Gede di Pedukuhan Ngireng-Ireng. Sehingga dari budaya agraris ini muncul budaya seperti: Gejok Lesung, Thek-thek/Kothek-an, Upacara Merti Dusun, Upacara Wiwitan, Tingkep Tandur, dan budaya-budaya lain yang sifatnya adalah merupakan pengormatan kepada alam yang telah menumbuhkan makanan sehingga bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia.
b.Pada abad ke 16 di wilayah Krapyak Kulon dan Glugo adalah merupakan kawasan wisata berburu (Pangeran sedo Krapyak – 1910), sedangkan pada Abad ke 17 kawasan ini merupakan sebagai tempat olahraga memanah kijang/menjangan dan sebagai tempat pertahanan (Sultan HB I – Panggung Krapyak 1760). Budaya yang dibawa dari intervensi keberadaan Kraton Mataram sebagai pusat budaya sehingga menumbuhkan budaya adiluhung seperti: Panembromo, Karawitan, Mocopat, Wayang, Ketoprak, Kerajinan Tatah Sungging, Kerajinan Blangkon, Kerajinan Tenun Lurik, Batik, Industri Gamelan, Tari-tarian Klasik, dan lain-lain.
c. Pada tahun 1911 di wilayah Krapyak Kulon didirikan Pondok Pesantren Al Munawir, sehingga berkembang budaya seperti Sholawatan, Dzibaan, Qosidah, Hadroh, Rodad, Marawis, dan juga budaya-budaya yang melekat pada kegiatan peribadatan seperti: Syuran (peringatan 1 Muharram), Mauludan (peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW), Rejeban (peringatan Isro’ Mi’roj), Ruwahan/Nyadran (mengirim doa untuk leluhur menjelang Bulan Ramadhan), Selikuran (Nuzulul Qur’an), dan lain-lain.
d.      Sekitar tahun 1900-1930 berkembanglah budaya yang tumbuh dan berkembang karena adanya kebutuhan bersosialisasi dimasyarakat, sehingga berkembanglah bermacam-macam dolanan anak seperti : Egrang, Gobak Sodor, Benthik, Neker-an, Umbul, Ulur/layangan, Wil-wo, dan lain-lain. Bahkan di kampung Pandes berkembang sebuah komunitas “Kampung Dolanan” yang memproduksi permainan anak tempo doeloe, seperti: Othok-Othok, Kitiran, Angkrek, Keseran, Wayang Kertas, dan lain-lain
e. Pada Tahun 1980 di Desa Panggungharjo yang merupakan wilayah sub-urban mulai berkembang Budaya Modern Perkotaan dan banyak mempengaruhi Generasi Muda, sehingga berkembanglah kesenian Band, Drumband, Karnaval Takbiran, Tari-tarian Modern, Campur Sari, Outbond, Playstation/Game Rental, dan lain-lain.
     2. Visi dan Misi Desa Panggungharjo
       Visi Desa Panggungharjo adalah menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggungjawab untuk mewujudkan masyarakat desa Panggungharjo yang demokratis, mandiri dan sejahtera serta berkesadaran lingkungan.
      Visi tersebut mengandung pengertian bahwa pemerintah Desa Panggungharjo berkeinginan mewujudkan kehidupan mandiri dan berkesejahteraan dalam kehidupan yang demokratis dengan menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggung jawab. Makna dari masing-masing kata yang terdapat dalam visi tersebut adalah sebagai berikut.
      Bersih  dalam arti pemerintahan dijalankan dengan dilandasi dengan niatan yang tulus ikhlas dan suci serta dilandasi dengan semangat pengabdian yang tinggi.
      Transparan dalam arti setiap keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat.
      Bertanggungjawab  dalam arti pemerintahan yang wajib menanggung segala sesuatunya dan menerima pembebanan  sebagai akibat sikap tindak sendiri atau pihak lain. Kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan.
      Demokratis dalam arti bahwa adanya kebebasan berpendapat, berbeda pendapat dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi apabila sudah menjadi keputusan harus dilaksanakan bersama-sama dengan penuh rasa tanggungjawab.
      Mandiri dalam arti bahwa kondisi atau keadaan masyarakat Panggungharjo yang dengan prakarsa dan potensi lokal mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
       Sejahtera dalam arti bahwa kebutuhan dasar  masyarakat Desa Panggungharjo telah terpenuhi secara lahir dan batin. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan kebutuhan dasar lainnnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman, juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
       Berkesadaran lingkungan dalam arti bahwa kelestarian lingkungan dijadikan sebagai ruh atas segala kegiatan pembangunan.
                Misi desa Panggungharjo adalah sebagai berikut :
a.       Mewujudkan pelayanan yang profesional melalui peningkatan tata kelola pemerintahan desa yang responsif dan trasparan.
b.      Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang dinamis dan damai.
c.       Meningkatkan potensi dan daya dukung lingkungan untuk menciptakan peluang usaha.
d.      Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang partisipatif.
e.       Meningkatkan dan memperluas jaringan kerjasama Pemerintah dan Non Pemerintah.
     3. Geografi Desa Panggungharjo
             Secara administratif Desa Panggungharjo terdiri dari 14 Pedukuhan yang terbagi menjadi 118 RT. Berdasarkan data registrasi penduduk, tahun 2016 jumlah penduduk Desa Panggungharjo sebanyak 28.169 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 14.414 jiwa dan perempuan 13.755 jiwa. Bila dibandingkan tahun 2015, terjadi penambahan jiwa atau mengalami pertumbuhan rata-rata 1,57 % menjadi 28.169 jiwa dengan luas wilayah 564,54 Ha, berada di Kecamatan Sewon, secara administrasi Desa Panggungharjo sebelah Utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta, sebelah Timur berbatasan Kelurahan Bangunharjo.
             Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Timbulharjo dan Pendowoharjo, serta sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan. Dengan jumlah penduduk yang relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan desa yang lain, tuntutan masyarakat bagi pemerintah desa guna menghadirkan pelayanan yang prima menjadi satu hal yang harus diperhatikan.





  Gambar II.1
                     Peta Batas Desa Panggungharjo

     Berdasarkan hidrologi kawasan Desa Panggungharjo mempunyai sumber air tanah yang cukup memadai terutama di Sorowajan Pedukuhan Glugo dan Karangnongko Pedukuhan Pelemsewu, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap kesuburan tanah pertanian di Desa Panggungharjo. Sedangkan berdasarkan kondisi geografis, wilayah Desa Panggungharjo merupakan salah satu wilayah yang berdekatan dengan Kota Yogyakarta. Untuk jalur utama lalu lintas antar daerah/antar provinsi terdapat ring road (jalan lingkar) selatan yang terletak di wilayah Utara Desa Panggungharjo, juga jalan Bantul dan Jalan Parangtritis.
                                                   Tabel II.1
              Kondisi Geografis Desa Panggungharjo
No
Kondisi Geografis
Luas
1
Ketinggian Tanah dari Permukaan Laut
:
45 m
2
Banyaknya curah hujan
:
2.233 mm/thn
3
Tofograsi (dataran rendah, tinggi, pantai)
:
Dataran Rendah
4
Suhu udara rata-rata
:
290 C
          Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.
     4. Luas Wilayah Desa Panggungharjo
             Desa Panggungharjo terdiri dari 14 pedukuhan :
a. Garon
b.Cabeyan
c. Ngireng-ireng
d.      Geneng
e. Jaranan
f. Prancak Glondong
g.Pandes
h.Sawit
i.  Pelemsewu
j.  Kweni
k.Dongkelan
l.  Glugo
m.    Krapyak Kulon
n.Krapyak Wetan
                                                            Tabel II.2
                                Pedukuhan Desa Panggungharjo
No.
Nama Pedukuhan
Jumlah RT
Luas Wilayah (Ha)
Persentase (%)
1
Krapyak Wetan
12
26.045,0
4,93
2
Krapyak Kulon
12
35.960,0
6,81
3
Dongkelan
10
28.681,5
5,43
4
Glugo
12
41.155,0
7,79
5
Kweni
8
38.431,5
7,28
6
Pelemsewu
10
47.685,0
9,03
7
Sawit
5
50.340,5
9,53
8
Pandes
6
30.206,0
5,72
9
Glondong
8
58.767,5
11,13
10
Jaranan
6
32.955,0
6,24
11
Geneng
7
35.801,0
6,78
12
Ngireng - ireng
7
29.050,0
5,50
13
Cabeyan
8
37.061,0
7,02
14
Garon
7
35.967,5
6,81

Total
118
560,966,5
100,0
               Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.
             Sebagai kawasan yang berbatasan langsung dengan kawasan perkotaan Yogyakarta, Desa Panggungharjo merupakan kawasan aglomerasi perkotaan Yogyakarta yang ini juga berarti merupakan kawasan strategis ekonomi. Hal ini salah satunya ditunjukan dengan perkembangan penggunaan lahan dimana dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pola penggunaan lahan diDesa Panggungharjo mengalami perubahan cukup signifikan terutama pada lahan jenis tanah sawah yang mengalami perubahan fungsi menjadi pemukiman dan kegiatan bisnis dengan laju sekitar 2% per tahun. Ditinjau dari aspek pertanian, tingginya laju perubahan lahan sawah menjadi tanah kering ini perlu dikendalikan agar luasan lahan pertanian yang masih ada tetap mampu mencukupi kebutuhan dan ketersediaan pangan bagi masyarakat.
    5. Demografi Desa Panggungharjo
               Jumlah penduduk Desa Panggungharjo sebanyak 27.444 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 13.801 jiwa dan perempuan 13.643 jiwa. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2014, terjadi penambahan sebanyak  jiwa atau mengalami pertumbuhan rata-rata 1,70% dari 26.983 jiwa. Pedukuhan dengan tingkat kepadatan tertinggi terjadi di kawasan aglomerasi perkotaan Yogyakarta (kring utara) yaitu Pedukuhan Krapyak Wetan, Krapyak Kulon, dan Dongkelan.
Tabel II.3
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
13.801
50,3
2
Perempuan
13.643
49,7

Total
27.444
100,0
             Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.

                 Pekerjaan/mata pencaharian penduduk Desa Panggungharjo adalah:
  Tabel II.4
       Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Pekerjaan
No
Mata Pencaharian
Jumlah
1
Karyawan


a.
Pegawai Negeri Sipil
:
655  Orang
b.
TNI
:
89  Orang
c.
POLRI
:
116  Orang
d.
Swasta
:
7.355  Orang
2
Wiraswasta / Pedagang
:
763  Orang
3
Tani
:
750  Orang
4
Buruh
:
7.059  Orang
5
Buruh Tani
:
219  Orang
6
Pensiunan
:
268  Orang
7
Nelayan
:
-             Orang
8
Pemulung
:
-             Orang
9
Jasa
:
302  Orang
10
Lain-lain
:
1.448  Orang
          Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.
    Jarak jauh dari pusat pemerintah (orbitrasi) Desa Panggungharjo adalah:
Tabel II.5
Orbitan Desa Panggungharjo
No
Orbitan / Jarak
Luas
1
Jarak dari Pusat Kecamatan
:
2  Km
2
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota Administratif
:
-  Km
3
Jarak dari Ibukota Kabupaten
:
8  Km
4
Jarak dari Ibukota Provinsi
:
7  Km
5
Jarak dari Ibukota Negara
:
500 Km
       Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.


    6. Topografi Musim dan Kondisi Tanah Desa Panggungharjo
           Secara topografi Desa Panggungharjo merupakan daerah dataran dengan ketinggian berkisar 45 meter di atas permukaan air laut. Berdasarkan karakteristik sumber daya alamnya Desa Panggungharjo terbagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu:
·   Kawasan budi daya pertanian lahan basah yang meliputi Pedukuhan Geneng, Garon, Cabean dan Ngireng-ireng.
·   Kawasan pusat pemerintahan dan perekonomian yang meliputi Pedukuhan Pandes, Glondong, Sawit, Jaranan, Kweni dan Pelemsewu.
·   Kawasan aglomerasi perkotaan, yang meliputi Pedukuhan Dongkelan, Glugo, Krapyak Kulon, Krapyak Wetan.
               Pola penggunaan lahan di Desa Panggungharjo mengalami perubahan cukup signifikan terutama pada lahan jenis tanah sawah yang mengalami perubahan fungsi menjadi pemukiman dan kegiatan bisnis dengan laju sekitar 2% per tahun. Ditinjau dari aspek pertanian, tingginya laju perubahan lahan sawah menjadi tanah kering ini perlu dikendalikan agar luasan lahan pertanian yang masih ada tetap mampu mencukupi kebutuhan dan ketersediaan pangan bagi masyarakat.
    7. Keadaan Ekonomi, Pendidikan, Sosial, dan Budaya
        a. Keadaan Ekonomi
      Kondisi ekonomi desa mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian desa dapat dilihat dari keadaan di Pedukuhan-pedukuhan yaitu masih banyak tersedia lapangan usaha pertanian, adanya usaha-usaha jasa dan usaha persewaan, misalnya usaha jasa laundry, usaha sewa rumah dan toko dan sebagainya. Di samping itu semakin banyak bangunan-bangunan rumah / tempat tinggal penduduk.
      Kondisi jalan beraspal di Desa Panggungharjo pada akhir tahun 2016 cukup baik, namun demikian masih terdapat ruas-ruas jalan desa yang kurang baik sepanjang kurang lebih 2 km. Sedang untuk jalan dusun 10% kurang baik, 90% dalam kondisi mantap. Dalam rangka mewujudkan kondisi jalan desa mantap 100% dan jalan dusun 100% mantap, pemerintah desa mengalokasikan dalam APBDesa pos anggaran bantuan kepedukuhan yang salah satu pemanfaatanya digunakan untuk perawatan dan perbaikan infrastruktur jalan.
     Angka kemiskinan di Desa Panggungharjo pada tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya tidak mengalami kenaikan yang signifikan atau jumlahnya tetap. Pada tahun 2015 angka kemiskinan di Desa Panggungharjo sebesar 1.445 (seribu tujuh ratus dua puluh lima) KK miskin, sedangkan pada tahun 2014 sejumlah 1.445 KK miskin (seribu empat ratus empat puluh lima) KK miskin. Hal ini menunjukkan kesejahteraan masyarakat Desa Panggungharjo tidak mengalami penurunan.


        b. Mata Pencaharian
                   Peruntukan lahan untuk kegiatan pertanian meliputi pedukuhan Garon, Cabeyan, Ngireng-ireng, Geneng dan Jaranan. Kawasan ini merupakan penyangga produksi padi untuk Desa Panggungharjo. Pada tahun 2016 areal sawah dengan saluran irigasi di Desa Panggungharjo sepanjang 283.69 Ha, yang merupakan irigasi setengah tehnis sepanjang 283.69 Ha. Pengelolaan sarana dan prasarana irigasi dilakukan oleh Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) bersama-sama dengan Gapoktan Desa Panggungharjo. Guna mewujudkan sasaran tercapainya 100% saluran irigasi yang mantap, pemerintah desa mengalokasikan anggaran perawatan dan perbaikan JITUT dan JIDES dalam APBDes sejak tahun 2011.
       c. Pendidikan
       Berikut ini data jumlah penduduk Desa Panggungharjo menurut pendidikan.
Tabel II.6
     Jumlah Penduduk Desa Panggungharjo Menurut Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah
1
Taman Kanak-kanak
:
3.437  Orang
2
Sekolah Dasar
:
4.527  Orang
3
SMP
:
4.000  Orang
4
SMU/SMK
:
9.413  Orang
5
Akademi (D1 – D3)
:
871  Orang
6
Sarjana (S1 – S3)
:
1.097  Orang
            Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.
                   Berikut ini data lulusan pendidikan khusus penduduk Desa Panggungharjo menurut pendidikan.
Tabel II.7
Lulusan Pendidikan Khusus
No
Pendidikan
Jumlah
1
Pondok Pesantren
:
332  Orang
2
Madrasah
:
341  Orang
3
Pendidikan Keagamaan
:
342  Orang
4
Sekolah Luar Biasa
:
12  Orang
5
Kursus / Keterampilan
:
173  Orang
            Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.
       d. Sosial dan Agama
       Berikut ini data sarana olahraga/kesenian Desa Panggungharjo menurut pendidikan.
  Tabel II.8
      Sarana Olahraga/Kesenian
No
Sarana Olahraga
Jumlah
1
Lapangan Sepak Bola
:
2  Buah
2
Lapangan Bola Basket
:
1  Buah
3
Lapangan Volly
:
7  Buah
4
Lapangan Bulu Tangkis
:
8  Buah
5
Lapangan Tenis Meja
:
15  Buah
6
Lapangan Tenis
:
1  Buah
7
Lapangan Atletik
:
-  Buah
8
Lapangan Golf
:
-  Buah
9
Lapangan Pacuan Kuda
:
-  Buah
10
Lapangan Sofball
:
-  Buah
11
Kolam Renang
:
-  Buah
12
Arena Bowling
:
-  Buah
13
Fitness / Sanggar Senam
:
14  Buah
14
Rumah Billiyard
:
-  Buah
            Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.

      Berikut ini data sarana kesenian/kebudayaan Desa Panggungharjo menurut pendidikan.

Tabel II.9
      Sarana Kesenian /Kebudayaan
No
Sarana Kesenian / Kebudayaan
Jumlah
1
Sarana Krida
:
12  Buah
2
Gelanggang Remaja
:
-  Buah
3
Gedung Kesenian
:
1  Buah
4
Gedung Bioskop
:
-  Buah
5
Diskotik / Klub Malam
:
-  Buah
6
Gedung Sandiwara / Teater
:
1  Buah
            Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.

     Berikut ini data sarana sosial Desa Panggungharjo menurut pendidikan.
Tabel II.10
   Sarana Sosial
No
Sarana Sosial
Jumlah
1
Panti Asuhan
:
1  Buah
2
Panti Wreda
:
-  Buah
3
Panti Laras
:
-  Buah
4
Panti Pijat Tuna Netra
:
5  Buah
5
Rumah Jompo
:
-  Buah
            Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.

Berikut ini data jumlah penduduk Desa Panggungharjo menurut agama:

Tabel II.11
Jumlah Penduduk Desa Panggungharjo Menurut Agama 

No
Agama / Kepercayaan
Jumlah
1
Islam
:
26.851  Orang
2
Kristen
:
708  Orang
3
Katholik
:
724  Orang
4
Hindu
:
61  Orang
5
Budha
:
52  Orang
6
Penganut/penghayat Kepercayaan terhadap     
Tuhan Yang Maha Esa
:
33  Orang
            Sumber Data: Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.

8. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa
Gambar II.2.
Bagan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Panggungharjo









            Sumber :  Monografi Desa Panggungharjo Tahun 2017.

B. Kajeng Handycraft
     1. Sejarah Kajeng Handycraft
 

   
Gambar II. 3
Logo Kajeng Handicraft

      Logo Kajeng Handicraft menyerupai huruf K (yang merupakan inisial nama Kajeng), cabang dari huruf K dibuat banyak menyerupai jari dengan harapan bisa menjadi besar/melebar seperti telapak tangan. Dengan jari-jari itu suatu saat akan menjadi besar dan tidak hanya menjadi satu saja.
      Pada tahun 1994 Kajeng Handicraft didirikan oleh Bapak Mandar Utomo di Senggotan, Jogjakarta. Awalnya Kajeng Handicraft membuat barang-barang fungsional seperti: asbak, tempat pensil, tempat kartu nama, dan tempat telur. Pada 1995, ekonomi semakin tidak mendukung dan saat itu anak Bapak Mandar Utomo sudah mulai besar dan mengerti mainan, Ia ingin membelikan mainan untuk sang anak tetapi karena tidak mampu membelikan maka Bapak Mandar Utomo mambuatkannya saja, lalu anaknya terlihat senang setelah dibuatkan mainan puzzle kayu itu. Berangkat dari situ maka muncullah ide untuk memproduksinya secara missal karena kalau anaknya senang dengan mainan itu, maka anak-anak lain akan merasa senang juga.
      Tanggal 5 Oktober 2000 pindah ke Bantul Jogjakarta. Dan saat ini Kajeng Handicraft memiliki art shop yang terletak di Jalan Bantul No.19 Kweni Jogjakarta, warehouse yang terletak di Jalan Bantul Km 5 Panggungharjo Sewon Bantul Jogjakarta, sedangkan workshop berada di Jalan Bantul Km. 9 Cepit, Bantul. Alasan memilih Bantul sebagai pusat bisnisnya adalah karena Bantul adalah tempat sentra industri keramik (Kasongan, Desa Bojong) yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi Kajeng Handicraft sendiri. Dengan keberadaan Kasongan, para buyer asing akan sering berkunjung, hal ini akan ikut menguntungkan keberadaan Kajeng Handicraft. Kajeng sendiri dalam Bahasa Jawa artinya kayu. Dalam bahasa Jawa Krama Inggil artinya harapan/asa. Kajeng Handicraft menjadi harapan bagi keluarga Bapak Mandar Utomo yang saat itu ijazah Sarjana Hukumnya tidak laku sehingga Bapak Mandar Utomo memutuskan untuk menjadi wiraswastawan. Dengan usaha kayu ini, harapannya adalah agar Bapak Mandar Utomo dapat menghidupi keluarganya.
     2. Produk Kajeng Handycraft
               Proses pembuatan puzzle kayu pertama-tama adalah dengan menentukan terlebih dahulu bentuk yang akan dihasilkan (misalnya bola) dengan instruksi langsung dari Bapak Mandar Utomo. Setelah itu tim kecil dari bagian produksi dan inovasi membuat dummy puzzle yang diinginkan, dummy biasanya dibuat dengan menggunakan styrofoam. Setelah perancanaan bentuk sesuai dengan yang diinginkan maka proses produksi massal dilanjutkan. Proses proses produksi diawali dengan ngemal (dipola) kemudian disetel untuk kecocokan puzzle kemudian setelah bisa terpasang semua, maka dibentuk sesuai dengan bentuk awal yang diinginkan (shaping). Kemudian dilakukan finishing dengan digosok dan disikat semir kayu (MAA/wax) untuk mencegah timbulnya jamur dapat merusak. Dalam menjalankan usaha akan merasa senang apabila mendapat order banyak. Namun akan berduka apabila order sedikit dan penantian akan adanya institut baik swasta maupun pemerintah yang mau menjembatani visi Kajeng.
              Dalam mempertahankan dan menjalankan kelangsungan hidup karena manusia butuh kehidupan, berusaha untuk mempertahankan dan syukur dapat mengembangkannya (hidup). Filosofi jawa yang dianut, banyu milih, membangun usaha tidak berdasarkan latar belakang pendidikan, dilakukan seperti air mengalir, di mana dapat rezeki, di situlah dia berada, syukur bisa mengembangkannya.
              Produk Kajeng adalah puzzle kayu yang menyerupai bentuk-bentuk tertentu (3 dimensi) dan terbuat dari kayu Jati, yang merupakan kayu brongkal/kayu limbah dari industri meuble/furniture ekspor yang terletak di Semarang, Jepara, Ngawi, Purwodadi. Kayu yang berasal dari daerah tersebut berkualitas baik dengan warna coklat yang banyak dan warna coklat yang sedikit serta lebih kuat dibandingkan kualitas kayu yang berasal dari Jogjakarta. Inspirasi produk datang ketika sedang berikir tiba-tiba ada inspirasi begitu saja. Kadang-kadang ada buyer yang minta dibuatkan bentuk yang mereka inginkan yang pernah mereka temukan di luar negeri. Bentuk puzzle kayu 3 dimensi Kajeng Handicraft 80% adalah hasil kreasi orisinil dan 20% adalah permintaan dari buyer yang diizinkan untuk terus dipakai oleh Kajeng. Puzzle kayu ini telah berjumlah lebih dari 160 model sampai saat ini. Dapat dilihat di situs www.kajeng.com., dengan menggunakan username “viar” dan password “kajeng”. Harganya berkisar antara Rp 5.000,- sampai Rp 200.000,-.
     3. Pemasaran Produk Kajeng Handycraft
       Puzzle kayu Kajeng Handicraft dipasarkan melalui media online yaitu web dan iklan di Ali-Baba. Namun pada awal berdirinya, puzzle-puzzle kayu itu dijual door-to-door dan dikenal melalui word of mouth. Kajeng Handicraft pernah mengikuti INACRAFT, namun tidak mengalami kecocokan karena Kajeng mengkhususkan diri untuk penjualan grosis daripada retail. Kajeng merasa bebas untuk menjual kepada siapa saja yang berminat pada produk Kajeng. Namun untuk spesifikasi yang lebih jelas yaitu: Usia : 4 tahun – 18 tahun (masa sekolah, kelompok bermain hingga sekolah menegah), SES: menengah atas (A-B), Sifat: mengikuti perkembangan zaman dan mode di Negara maju, dan Ekspor: Eropa Barat, Turki, Timur Tengah, Amerika, Australia, Kroasia, Rusia.
       Kompetitor di Jogjakarta berasal dari produsen yang awalnya bekerja sebagai karyawan Kajeng, saat ini ada 2. Namun produksinya sangat kecil serta modelnya mengikuti milik Kajeng. Tidak diketahui apakah 2 kompetitor itu memiliki nama atau tidak. Ada juga TL Puzzle yang menjual salah satu produk yang sama dengan Kajeng namun tidak memiliki varian sebanyak Kajeng, TL Puzzle membuat berbagai macam bentuk puzzle, modelmodel yang dibuat Kajeng adalah salah satunya. Kompetitor yang juga memproduksi mainan edukasi, namun bukan puzzle 3 dimensi, adalah Yakum dan Mandiri Craft. Kompetitor lainnya berasal dari India dan Thailand.
     4. Struktur Organisasi Kajeng Handycraft
      Struktur organisasi Kajeng Handicraft menggunakan system yang masih sangat tradisional (sederhana) dan bersifat kekeluargaan. Hanya ada owner, bagian pemasaran, bagian produksi dan inovasi, dan bagian keuangan. Bagian pemasaran bertugas untuk menangani para buyer asing. Bagian produksi dan inovasi menguru produksi dan pengembangan produk, yang terdiri atas tim kecil yang berasal dari ISI Sarjana Kriya Kayu. Bagian keuangan mengatur urusan keuangan. Bagian Produksi membawahi karyawankaryawan dalam urusan produksi yang berjumlah 108 orang yang terdiri dari rentang usia 18-40 dengan tenaga dan keahlian yang memadai untuk produksi. Jam kerja dari jam 08.00-16.00, Senin sampai Sabtu dengan produksi 40.000 buah yang terdiri atas 160 model yang ada.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian
             Bab III ini menjelaskan analisis tentang pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Pembahasan analisis hasil penelitian ini dimulai dari tentang bentuk pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta dan faktor penghambat dan faktor pendukung industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
             Data kualitatif dari penelitian ini berasal dari wawancara pemilik kajeng handrycraft, karyawan kajeng handrycraft, Kepala Desa dan Sekretaris Desa Panggungharjo Sewon Bantul, dan Kepala Dukuh Dusun Kweni Desa Panggungharjo,Sewon Bantul. Pada analisis ini peneliti melakukan wawancara terhadap subjek yang peneliti tentukan dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Subjek yang peneliti ambil sebagai narasumber tentunya diambil berdasarkan pertimbangan yang peneliti lakukan.
                Hal yang diajukan pertama kali untuk pertanyaan adalah yang berkaitan dengan data pribadi masing-masing subjek, dengan mengajukan pertanyaan tersebut, maka peneliti dapat mengetahui beraneka ragam karakter dari masing-masing subjek yang diteliti, dari data awal yang menyangkut tentang usia subjek, jenis kelamin subjek, dan pendidikan dari masing-masing subjek yang tentunya dapat menguatkan penelitian ini. Selanjutnya untuk tahap berikutnya, mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimanakah bentuk pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta dan bagaimanakah faktor penghambat dan faktor pendukung industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
B. Hasil Penelitian
     1. Identitas Responden
Tabel 3.1
Karakteristik Responden
  No.
    Nama
Jenis Kelamin
Usia
(tahun)
  Pendidikan
     Pekerjaan
1
Widanti Sopianingsih
Perempuan
46
SMA
Pemilik
2
Budi Hartono
Laki-laki
32
SMA
Bagian Produksi
3
Rusdiana
Perempuan
30
SMA
Bagian Produksi
4
Suprino
Laki-laki
27
SMA
Bagian Produksi
5
Heri
Laki-laki
45
SMA
Bagian Produksi
6
Janu
Laki-laki
22
SMA
Bagian Produksi
7
Idawati
Perempuan
29
SMA
Bagian Finishing
8
Wahyudi Anggoro Hadi
Laki-laki
38
S1
Kepala Lurah Desa
9
Yuli Trisniati
Perempuan
38
S1
Sekretaris Desa
10
Aris Arianta
Laki-laki
42
S1
Dukuh
Sumber: Data Primer Diolah, 2018.
                Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini semuanya dari laki-laki sebanyak 6 subjek atau 60,0%. Hal ini supaya hasil wawancara dalam penelitian ini berkompeten dari kaum laki-laki berkaitan dengan pendapatnya tentang pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft. Bahwa subjek dalam penelitian ini sebagian besar berusia 40-55 tahun sebanyak 7 subjek atau 100,0%. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini jumlahnya diambil kebanyakan dari usia dewasa pertengahan dampai dewasa akhir, di mana subjek sudah cukup dapat memahani tentang permasalahan penelitian terkait dengan masalah pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft.
               Bahwa subjek dalam penelitian ini terbanyak berpendidikan dari tingkat menengah sampai tingkat tinggi sebanyak 10 orang atau 100,0%. Hal ini supaya hasil wawancara dalam penelitian ini berkompeten dari seseorang yang berpendidikan menengah sampai yang sudah berpendidikan tinggi berkaitan dengan masalah pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari pihak pemerintahan Desa Potorono Banguntapan Bantul dan masyarakat umum. Hal ini supaya hasil wawancara dalam penelitian ini dapat menyeluruh dari berbagai elemen masyarakat di Desa Potorono Banguntapan Bantul.

    2. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Industri Kerajinan Kayu di Kajeng Handycraft
      Data-data tentang pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft di Desa Potorono Banguntapan Bantul diperoleh melalui wawancara. Berikut ini peneliti sajikan hasil dari penelitian di lapangan, baik melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi sesuai dengan indikator-indikator yang diuraikan sebagai berikut. Berikut ini kutipan wawancara dengan para responden tentang program/pemberdayaan Kajeng Handycraft terhadap masyarakat khusus karyawan yaitu:
     “...Kita mengajari, menemani sehingga mereka bisa. Ya, ketika mereka keluar dari kajeng handrycraft ini mereka bisa berusaha sendiri meskipun berbeda usaha yang penting mereka bisa mandiri karena terbiasa di sini” (Wawancara dengan Widanti Sopianingsih (Pemilik) 46 Tahun).

     Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa program/pemberdayaan Kajeng Handycraft terhadap masyarakat khusus karyawan adalah mengajari, menemani sehingga karyawan bisa bekerja. Ketika karyawan keluar dari Kajeng Handycraft ini karyawan bisa berusaha sendiri meskipun berbeda usaha yang penting mereka bisa mandiri karena terbiasa di Kajeng Handycraft. Kajeng Handycraft tidak memberikan bantuan permodalan secara materi, tetapi permodalan melaui memberi ide kerja sama dan juga dalam pemasaran hasil yang dibuat dan Kajeng Handycraft ikut sertakan dalam penjualan, sehingga kerja sama itu tetap ada. Selain itu, bentuk pemberdayaan bagi masyarakat yaitu dengan memperkerjakan para perempuan Desa Pagunggungharjo, terutama kalau ada orderan-orderan yang banyak dan membutuhkan tenaga, maka Kajeng Handycraft mengundang masyarakat Desa Potorono Banguntapan Bantul untuk kerja. Menurut para karyawan yang didapat dari pengurus Kajeng Handycraft secara material tidak dapat, tetapi pendampingan dan pembelajaran itu yang didapat di Kajeng Handycraft ini. Pemberdayaan yang dirasakan selama bekerja di Kajeng Handycraft. Kajeng Handycraft memberdayakan karyawan dengan mengajari taktik atau cara mengerjakan kerajinan yang merupakan produk usaha ini. Pemberdayaan Kajeng Handycraft menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Salah satu pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi kreatif adalah industri kecil dan menengah Kajeng Handycraft. Ekonomi kreatif Kajeng Handycraft merupakan sumberdaya ekonomi masyarakat yang diyakini dapat menjawab tantangan permasalahan dasar ekonomi dalam jangka pendek dan menengah bangsa, relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi pasca krisis.
  Industri kreatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.
     “...Pemberdayaan yang dirasakan selama bekerja di kajeng craf  bahwa dapat terpenuhi kebutuhan lewat kajeng handrycraft tidak membeda-beda antar karyawan, memberi upah sesuai kerja (Wawancara dengan Budi Hartono (Bagian Produksi) 32 Tahun).

       Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa pemberdayaan yang dirasakan selama bekerja di Kajeng Handycraft bahwa Kajeng Handycraft dapat terpenuhi kebutuhan dan Kajeng Handycraft tidak membeda-beda antar karyawan, memberi upah sesuai kerja. Hal yang didapat dari pengurus Kajeng Handycraft yaitu  tempat kerja, perhatian dan kepercayaan. Pemberdayaan yang dirasakan selama bekerja di Kajeng Handycraft memang benar-benar karyawan diajari di tempat Kajeng Handycraft tentang cara kerja sesuai dengan kerjaan di sini. Pembelajaran yang didapatkan untuk bekerja sebagai pengrajin kayu ini mulai dari membuat pola, memotong, mengampas serta mensmer sehingga bisa jadi sebuah hasil produk. Karyawan memilih kerja di Kajeng Handycraft,  karena merasa diberdayakan juga mendapatkan perhatian dan dari sini karyawan bisa memenuhi kebutuhan keluarga karyawan. Sedangkan kalau pekerjaan sampingan rasanya sangat berat karena dari tempat kerja di Kajeng Handycraft juga sudah lelah sekali. Masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta yang belum berkembang sebagai pihak yang harus diberdayakan, dan pihak yang menaruh keperdulian sebagai pihak yang memberdayakan. Pemberdayaan Kajeng Handycraft menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah pengetahuan serta penghasilannya, sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan diri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasaan, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, malainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, dan berpartisipan dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
      Secara teoritis konsep pemberdayaan (empowerment) dilihat dari perkembangan konsep dan pengertian yang disajikan dalam beberapa catatan kepustakaan, dan penerapannya dalam kehidupan masyrakat. Pemahaman konsep dirasa penting, karena konsep ini mempunyai akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat. Perlu upaya mengaktualisasikan konsep pemberdayaan tersebut sesuai dengan alam pikiran dan kebudayaan. Namun empowerment hanya akan mempunyai arti kalau proses pemberdayaan menjadi bagian dan fungsi dari kebudayaan, baliknya menjadi hal yang destruktif bagi proses aktualisasi dan koaktualisasi aksestensi manusia. Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat secara nyata dan terarah. Masyakarat tidak akan dijadikan obyek dalam pembangunan tetapi mereka sendiri akan menjadi perencana dan evaluator dari perencanaan pembangunan itu sendiri. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program-program yang dilaksanakan di daerahnya dan kesejahteraan masyarakat di masing-masing daerah.
     “...Pemberdayaan yang dia lakukan pada warga itu dengan memperkerjakan dan memang itu yang kita harapkan dia bisa memberdayakan masyarakat desa kita ini (Wawancara dengan Wahyudi Anggoro Hadi (Kepala Desa) 38 Tahun).

     Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa pemberdayaan yang Kajeng Handycraft lakukan pada warga itu dengan memperkerjakan dan memang itu yang diharapkan dimana Kajeng Handycraft bisa memberdayakan masyarakat desa ini. Pemberdayaan Kajeng Handycraft ini merupakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, termasuk individu-individu masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta yang mengalami masalah kemiskinan. Pemberdayaan masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta sebagai suatu pemikiran yang tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat. Setiap upaya pemberdayaan Kajeng Handycraft harus diarahkan pada penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kehidupan yang jauh lebih baik. Pemberdayaan Kajeng Handycraft senantiasa mempunyai dua pengertian yang saling terkait. Schumacher memiliki pandangan pemberdayaan sebagai suatu bagian dari masyarakat miskin dengan tidak harus menghilangkan ketimpangan struktural lebih dahulu. Masyarakat miskin sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun, dengan demikian memberikan “kail jauh lebih tepat daripada memberikan ikan. Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah subjek dari dirinya sendiri. Proses pemberdayaan menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya.
  Secara teoritis, hasil akhir proses pemberdayaan adalah suatu keberdayaan. Adapun parameter keberdayaan adalah tingkat kesadaran dan keinginan untuk berubah (power to); tingkat kemampuan meningkatkan kapasitas untuk memperoleh akses (power within); tingkat kemampuan menghadapi hambatan (power over); tingkat kemampuan kerjasama dan solidaritas (power with). Keempat parameter tersebut berkaitan erat dengan adanya perubahan pola pikir, budaya, dan kebiasaan. Dengan demikian, dibutuhkan waktu yang relatif lama (5-6 tahun) untuk mencapai suatu keberdayaan, mengingat merubah budaya dan kebiasaan hidup masyarakat adalah bukan hal yang mudah (Pangesti, 2012:3). Pada intinya pemberdayaan adalah membantu klien untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki antara lain dengan transfer daya dari lingkungannya (Onny & Pranaka, 1996:2-8).
        Berikut ini kutipan wawancara dengan para responden tentang peran pemerintah desa terhadap program/pemberdayaan terhadap masyarakat khusus karyawan yaitu:
     “...Bantuan dari pemerintah desa, kalau secara material sampai saat ini belum ada, hanya pemerintah desa itu membantu kita dalam bentuk memfasilitasi, jika ada pemasaran-pemasaran desa kita selalu disektorkan dengan menyediakan tenda-tenda, basar-basar sehingga kita punya kios-kios pemasaran (Wawancara dengan Widanti Sopianingsih (Pemilik) 46 Tahun).

     Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa peran pemerintah desa terhadap program/pemberdayaan terhadap masyarakat adalah bantuan dari pemerintah desa yang secara material sampai saat ini belum ada. Pemerintah desa membantu dalam bentuk memfasilitasi, jika ada pemasaran-pemasaran desa pemerintah desa selalu disektorkan dengan menyediakan tenda-tenda, basar-basar, sehingga kita punya kios-kios pemasaran. Dapat dikatakan bahwa produk Kajeng Handycraft ini merupakan produk unggulan desa, sehingga jika ada kegiatan-kegiatan seperti pameran pemerintah desa selalu diikutsertakan. Selain itu, bentuk bantuan yang diterima dari pemerintah desa itu tidak berupa permodalan, peralatan dan produksi, karena Kajeng Handycraft merupakan UKM mandiri, sehingga bantuan yang didapat itu hanya berupa pelatihan dan manajemen pemasaran. Kalau dari pihak lain itu juga belum ada sama sekali kecuali yang dari Dikti UNJ. Secara teoritis proses pemberdayaan dalam konteks aktualisasi diri berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan individu dengan menggali segala potensi yang dimiliki oleh individu tersebut baik menurut kemampuan keahlian (skill) ataupun pengetahuan (knowledge). Seseorang tokoh pendidikan Paulo Freire, berpendapat bahwa pendidikan seharusnya dapat memberdayakan dan membebaskan para peserta didiknya, karena dapat mendengarkan suara dari peserta didik. Hal yang dimaksud suara adalah segala asprasi maupun segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut (Murniati, 2008:14). Dengan demikian keberhasilan dari pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari masyarakat menjadi dinamis dan aktif berpartisipasi didalam membangun diri mereka. Tidak menggantungkan hidupnya kepada belas kasihan orang lain. Masyarakat berdaya memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kehidupan baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan inspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
     “...Bantuan pemerintah desa itu bukan dalam bentuk material tapi kita memfasilitasi dia dalam pemasaran terutama saat-saat ada kegiatan pameran (Wawancara dengan Wahyudi Anggoro Hadi (Kepala Desa) 38 Tahun).

   Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa bantuan pemerintah desa itu bukan dalam bentuk material, tetapi pemerintah desa memfasilitasi dia dalam pemasaran terutama saat-saat ada kegiatan pamera, basar-basar, mengutus pemerintah desa ikut pelatihan, mengundang Kajeng Handycraft sebagai motivator untuk masyarakat dan yang terakhir Kajeng Handycraft dimasukkan ddalam KUR, marketing dalam pasar lokal. Oleh karena itu, dalam pengembangan industri kecil Kajeng Handycraft perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya industri kecil. Pengembangan industri kecil Kajeng Handycraft melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu memperhatikan aspek sosial dan budaya di masing-masing daerah, mengingat usaha kecil pada umumnya tumbuh dari masyarakat secara langsung. Pemerintah Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan industri kecil di samping mengembangkan kemitraan usaha Kajeng Handycraft yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Tujuan yang ingin dicapai Kajeng Handycraft dalam pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumberdaya yang di miliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.
     “...Bantuan pemerintah desa mengutus ikut pelatihan, mengundang dia sebagai motivator untuk masyarakat (Wawancara dengan Sekretaris Desa (Dukuh) 38 Tahun).

      Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa bantuan pemerintah desa itu bukan dalam bentuk material, tetapi desa memfasilitasi dia dalam pemasaran terutama saat-saat ada kegiatan pameran, basar-basar, mengutus ikut pelatihan, mengundang pemiliknya sebagai motivator untuk masyaraka dan yang terakhir pemerintah desa memasukkan Kajeng Handycraft dalam KUR, marketing dalam pasar lokal. Pemberdayaan yang dia lakukan pada warga itu dengan memperkerjakan dan memang itu yang diharapkan agar Kajeng Handycraft bisa memberdayakan masyarakat desa ini.
       Pemilik perusahaan industri kajeng craf atau kerajinan kayu ini menjelaskan bahawa sejak lama berdirinya perusahaan industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft ini yang berdiri sejak tahun 1995 sampai dengan sekarang ini sudah memasuki 23 tahun. karyawan saya  kerjajinan kayu Kajeng Handycraft memiliki kemampuan dalam bidang karyawan dan karyawati itu sendiri sangat baik mas. Semua karyawan cukup memiliki keterampilan untuk biasa menjalankan strategi usaha di kerjajinan kayu Kajeng Handycraft. Kajeng Handycraft juga merupakan suatu kebutuhan sosial dan jamainan sosial  hidup dan rumah tangga masyarakat sekitar dan kehidupan lingkungan sosial  masyarakat. Karyawan cukup sesuai dengan profesinya karyawan. Kajeng Handycraft tidak menugaskan pada tempat yang tidak sesuai keahlian dan nilai-nilai kehidupan yang berbedah dari masyarakat, tetapi tetap bersama-sama memiliki satu nasib dan tujuan hidup yang sama dengan nilai-nilai kehidupan sosial itu sendiri. Secara teoritis, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status, mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi (Sumodingningrat, 2004:41).
    Usaha Kajeng Handycraft atau kerajinan kayu ini bersifatnya Badan Usaha Mandiri (BUM) dan jumlah karyawan partama memilik banyak sekali karyawan, tetapi setelah terjadi krisis global tahun 2010 menjadi berkurang sehingga tahun 2016 tinggal 15 orang dan sekarang ini tinggal 6 orang (laki-laki 4 orang dan perempuan 2 orang). Jenis produk yang paling utama itu adalah mainan edukasi yang terbuat dari kayu jati. Kalau yang lainnya itu hanya sebagai bahan kerja sama seperti menjahit. Mesin jahit juga penjahit tetapi itu bukan prodak utama, tetapi hasil kerja sama. Jumlah produk mainan edukasi ada 100 item lebih dari tahun 1995. Tetapi setelah terjadinya krisis global produk item-item itu berkurang karena diproduksi hanya sesuai pesanan konsumen. Bahwa hasil produk edukasi  yang dipanjangkan ada jenis baru, yaitu mainan bebek yang terbuat dari kayu jati, ada konsumen yang memesan dari Bali.
   Sebagai daerah pedesaan, potensi daerah Bantul sangat mendukung berkembangnya industri kerajinan kayu. Tumbuhan kayu sangat mudah didapatkan di daerah Bantul. Hampir di seluruh wilayah Bantul dapat dijumpai tumbuhan kayu seperti pohon jati, pahon mahoni, pohon sengon, dan sebagainya. Kondisi tersebut menjadikan tumbuh dan berkembangnya industri kerajinan kayu di Bantul, karena untuk masalah bahan baku, para pengrajin tidak merasa terkendala dalam memerolehnya. Produk yang dihasilkan Kajeng Handycraft antara lain; berbagai mainan edukatif seperti permainan blok kayu, permainan potongan gambar, huruf-huruf, binatang, kereta, mobil, truk, pesawat dan lain-lain, yang berguna bagi perkembangan awal masa kanak-kanak, bahkan ada peralatan olah raga berupa stik baseball. Namun desain produk yang dihasilkan dirasa masih monoton dan kurang bervariasi, sehingga diperlukan bimbingan atau pelatihan dalam desain produk. Kapasitas produksi Kajeng Handycraft ini mampu berproduksi sekitar puluhan ribuan unit per bulan dengan omzet per bulan sekitar ratusan juta rupiah. Pangsa pasarnya-pun cukup luas, baik di dalam negeri maupun pasar ekspor.
      Jenis bahan baku yang utama adalah kayu jati/dan dibeli dari Jepara dan Ambarawa. Bahan pendukung seperti polesan dan smer/dibeli dari toko bahan bangunan. Alat-alat kerja seperti mesin sekson, sekal dan amplas/semuanya beli sendiri dan belum ada bantuan dari luar. Hanya pernah dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY DIKTI) ada tetapi itu berupa gergaji yang sangat kecil sekali dan itu sekitar tahun 2014 dan 2015. Sedangkan penjualan/pemasaran, pada awalnya sejak tahun 1995 penjualan dilakukan secara membumi sebanyak 70% pasar luar negeri dan 30% pasar lokal. Pasar lokal itu yang paling besar Negara Yunani kemudian Belanda, Inggris, dan Turki. Sedangkan pasar lokal hanya pada kota-kota besar seperti Bali dan Jakarta. Tetapi sejak krisis global terjadi dan Negara Yunani bangkrut, maka usaha kajeng Handrycraft ini juga ikut lesu, meskipun memang pasar luar negeri masih ada yang tersisa seperti Belanda, Inggris, dan Turki tetapi itu tidak memadai seperti Negara Yunani.
    3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Melalui Industri Kerajinan Kayu di Kajeng Handycraft
         Berikut ini kutipan wawancara dengan para responden tentang kendala dalam pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft yaitu:
     “...Pengadaan bahan-bahan baku yang sekarang ini harus bayar kes dulu baru kita bisa dapat (Wawancara dengan Widanti Sopianingsih (Pemilik) 46 Tahun).

        Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa kendala dalam pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft adalah pengadaan bahan-bahan baku yang sekarang ini harus bayar kontan terlebih dulu baru bahan-bahan baku tersebut bisa didapatkan. Selain itu, kendala dalam pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft adalah kurang adanya perhatian atau kerja sama dari pihak pemilik bahan baku atau rekruk, sehingga saat Kajeng Handycraft sedang terputuk tidak ada pendampingan, bimbingan bahkan Kajeng Handycraft dikejar-kejar. Kemudian faktor cuaca, karena Kajeng Handycraft memerlukan sekali cuaca untuk lebih awat mengeringkan pesanan ataupun hasil-hasil yang diproduksi. Selanjutnya masalah keamanan negara. Hal ini juga sangat menghambat Kajeng Handycraft dalam pemasaran, apalagi jika terjadi demo-demo yang sangat menghambat karena Kajeng Handycraft tidak bisa mengirim dalam keadaan tidak kondusif.
    “...Pengadaan bahan-bahan baku yang sekarang ini harus bayar kes dulu baru kita bisa dapat (Wawancara dengan Budi Hartono (Bagian Produksi) 32 Tahun).

       Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa kendala dalam pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft adalah sudah berkurangnya pemesanan dari luar negeri, sehingga menjadi kurang berkembang, produksinya sekarang tidak terlalu banyak. Selain itu, hambatan yang dihadapinya terutama dalam mendapatkan bahan baku, juga keterbatasan orderan-orderan dari konsumen sekarang ini.
    “...Cuaca, karena kita memerlukan sekali cuaca untuk lebih awat mengeringkan pesanan atau pun hasil-hasil yang kita produksi (Wawancara dengan Rusdiana (Bagian Produksi) 30 Tahun).

       Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa kendala dalam pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft adalah cuaca, karena Kajeng Handycraft memerlukan sekali cuaca untuk lebih awat mengeringkan pesanan atau pun hasil-hasil yang diproduksi. Kondisi alam yang baik serta iklim yang bersahabat akan membantu industri memperlancar kegiatan usahan Kajeng Handycraft. Di Jawa memiliki iklim tropis tanpa banyak cuaca yang ekstrim sehingga kegiatan produksi rata-rata kurang dapat berjalan dengan baik selama sepanjang tahun.
          Berikut ini kutipan wawancara dengan para responden tentang faktor pendorong dalam pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft yaitu:
     “...Yang lakukan itu hanya memotivasi, menyemangati dengan mendengar cerita-cerita mereka juga kita berbagi cerita supaya mereka itu merasa diperhatikan apa lagi saat-saat kita diundang untuk memberi materi baik itu undangan dari kampus-kampus atau juga dari UKM BRI (Wawancara dengan Widanti Sopianingsih (Pemilik) 46 Tahun).

       Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa faktor pendorong dalam pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft adalah adalah kegiatan memotivasi, menyemangati karyawan dengan mendengar cerita-cerita karyawan dan Kajeng Handycraft berbagi cerita supaya karyawan merasa diperhatikan terutama saat-saat Kajeng Handycraft diundang untuk memberi materi baik undangan dari kampus-kampus atau juga dari UKM BRI. Begitu juga kalau ada kunjungan-kunjungan ke Kajeng Handycraft, Kajeng Handycraft bersedia untuk mendampingi dan menjelaskan apa yang ingin diketahui. Faktor pendukung dalam upaya pemberdayaan masyarakat dari Kajeng Handycraft, yaitu jika ada pesanan banyak, maka masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta ini diundang untuk kerja dan semua dapat upah. Kajeng Handycraft mengutamakan masyarakat sekitar untuk ambil bagian dan punya peluang untuk bekerja.
      Selain itu, faktor pendukung berkembangnya industri Kajeng Handycraft baik dari aspek internal maupun aspek eksternal. Hal yang pertama adalah kemampuan untuk kreatif, memiliki ide-ide yang dapat membuat usahanya itu bisa maju. Hal yang kedua itu semua alat-alat yang dibutuhkan sudah tersedia atau mudah didapat dan hal yang ketiga masih banyak atau ada konsumen yang menyenangi atau mencintai dan tertarik dengan hasil produksi yang terdapat di usaha ini. Selanjutnya faktor pendukung berkembangnya industri Kajeng Handycraft, baik dari aspek internal maupun aspek eksternal, yaitu mempunyai kemampuan untuk kreatif dan juga memiliki ide-ide yang bisa membuat usahanya itu bisa maju. Masih banyak atau ada konsumen yang menyenangi atau mencintai dan tertarik dengan hasil produksi yang terdapat di usaha Kajeng Handycraft ini. Kemudian alat-alat yang sangat dibutuhkan tersedia atau mudah didapat, kecuali bahan bakunya saja.
        Kesiapan masyarakat masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta dengan adanya industri kerajinan kain perca cukup baik, masyarakat begitu berantusias dengan adanya usaha kerajinan kain perca, mengingat bahwa masyarakat sulit mendapatkan pekerjaan. Kehadiran usaha kerajinan Kajeng Handycraft di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta dengan dianggapnya mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka. Adanya usaha kerajinan kai perca membuat banyak masyarakat yang mampu mencukupi kebutuhan dan mampu menyekolahkan anak. Usaha kerajinan Kajeng Handycraft kini telah menjadi matapencaharian bagi masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
       Faktor pendukung dalam upaya pemberdayaan masyarakat dari kajeng craf yaitu menberdayakan masyarakat, jika ada orderan banyak, sehingga masyarakat diminta untuk membantu bekerja dan itu masyarakat mendapatkan upah dimana karyawan di Kajeng Handycraft ini semua dari masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Harapan dari usaha Kajeng Handycraft ini masih terasa belum tercapai karena kepala desa beberapa kali mengungkapkan harapan pemerintah untuk mampu memberdayakan masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Bahwa usaha untuk memberdayakan masyarakat lewat kajeng craft belum tercapai karena yang menjadi kendala dalam hal ini yaitu penurunan konsumen atau pengorderan yang semakin berkurang.
         Berikut ini kutipan wawancara dengan para responden tentang pengelolaan limbah menjadi produk industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft yaitu:
     “...Pertama-tama dipisah-pisah mana yang dapat dipakai dan mana yang tidak bisa pakai. Jenis yang bisa pakai itu berukuran minimal 3x3 (Wawancara dengan Widanti Sopianingsih (Pemilik) 46 Tahun).

       Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa pengelolaan limbah menjadi produk industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft adalah pertama-tama dipisah-pisah mana yang dapat dipakai dan mana yang tidak bisa pakai. Jenis yang bisa pakai itu berukuran minimal 3x3. Kemudian dipola terus dipotong-potong sesuai bentuk yang diinginkan seperti bulat atau juga oval. Selanjutnya diamplas baru dipoles dan dismer. Sedangkan cara pengelolaan limbah yang tidak dipergunakan untuk produksi yaitu diperguganakan atau dimanfaatkan menjadi kaya bakar. Industri merupakan kegiatan ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan dalam memproses atau mengolah barang mentah, barang setengah jadi, dan atau barang jadi dengan menggunakan sarana dan peralatan untuk merubah sesuatu yang tidakberguna menjadi barang yang memiliki kegunaan atau nilai yang lebih tinggi yang dapat membantu memenuhi atau melayani kebutuhan manusia.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
 Setelah megadakan pengamatan langsung membahas dan menganalisis hasil penelitian, maka dalam bab ini penyusun memberikan kesimpulan sesuai dengan kajian tentang pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
A. Kesimpulan
1.      Pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta adalah Kajeng Handycraft mengajari, menemani sehingga karyawan bisa bekerja. Ketika karyawan keluar dari Kajeng Handycraft sudah bisa berusaha sendiri meskipun berbeda usaha yang penting mereka bisa mandiri karena terbiasa di Kajeng Handycraft. Kajeng Handycraft tidak memberikan bantuan permodalan secara materi, tetapi permodalan melaui memberi ide kerja sama dan juga dalam pemasaran hasil yang dibuat. Selain itu, bentuk pemberdayaan bagi masyarakat yaitu dengan memperkerjakan para perempuan Desa Pagunggungharjo, terutama kalau ada orderan-orderan yang banyak dan membutuhkan tenaga, maka Kajeng Handycraft mengundang masyarakat Desa Potorono Banguntapan Bantul untuk kerja.

2.      Faktor penghambat pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft adalah pengadaan bahan-bahan baku dengan pembayaran secara tunai (kontan), berkurangnya pemesanan dari luar negeri, kurang adanya perhatian atau kerja sama dari pihak pemilik bahan baku atau rekruk, sehingga saat Kajeng Handycraft sedang terputuk tidak ada pendampingan, bimbingan bahkan Kajeng Handycraft dikejar-kejar. Kemudian faktor cuaca, karena Kajeng Handycraft memerlukan sekali cuaca untuk lebih awat mengeringkan pesanan ataupun hasil-hasil yang diproduksi. Selanjutnya masalah keamanan negara. Hal ini juga sangat menghambat Kajeng Handycraft dalam pemasaran, apalagi jika terjadi demo-demo yang sangat menghambat karena Kajeng Handycraft tidak bisa mengirim dalam keadaan tidak kondusif. Sedangkan faktor pendukung berkembangnya industri Kajeng Handycraft baik dari aspek internal maupun aspek eksternal yaitu kemampuan untuk kreatif, memiliki ide-ide yang dapat membuat usahanya itu bisa maju. Secara eksternal, masih banyak atau ada konsumen yang menyenangi atau mencintai dan tertarik dengan hasil produksi yang terdapat di usaha Kajeng Handycraft ini. Kemudian alat-alat yang sangat dibutuhkan tersedia atau mudah didapat, kecuali bahan bakunya saja.

B.  Saran
      Setelah memberikan kesimpulan atas hasil kajian pada urain di atas, maka dibagian akhir penyusun mencoba memberikan saran kepada semua pihak yang berkepentingan pada mengenai pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
1.      Pemerintah Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta dapat mendukung pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft dengan cara membantu dalam bentuk dukungan permodalan, misalnya dengan memanfaatkan dana desa.
2.      Pemerintah Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta perlu memberikan bantuan sarana dan prasarana dan tenaga pelatih yang memadai dalam mendukung pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft.
3.      Warga masyarakat Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta perlu lebih mendukung pemberdayaan masyarakat melalui industri kerajinan kayu di Kajeng Handycraft dengan lebih antusias dan lebih partisipasif dalam keterlibatan menjalankan bisnis Kajeng Handycraft.



PEDOMAN WAWANCARA
SUBJEK:
PEMILIK/PENGELOLA KAJENG HANDYCRAFT
Tanggal :.............................................................................................
Waktu    :.............................................................................................
Tempat   :............................................................................................
A. Identitas Subyek
1.      Nama :......................................................................................
2.      Alamat :....................................................................................
3.      Umur :......................................................................................
4.      Pendidikan :..............................................................................
5.      Jenis Kelamin :..........................................................................
B. Pertanyaan:
1.      Kapan perusahaan Kajeng Handycrafttersebut berdiri tahun berapa?
1.    Karyawan Kajeng Handycraft ada berapa?, laki-laki.........orang, perempuan......orang.
2.    Produksi Kajeng Handycraft apa saja?
3.    Bahan baku produksi apa saja dan didapat/dibeli dari?
a.         Kayu didapat/dibeli dari?
b.         Bahan pendukung didapat/dibeli dari?
c.         Alat-alat kerja didapat/dibeli dari?
d.        .....................................................
4.    Hasil produksi Kajeng Handycraft dijual kemana?
5.    Pernahkah Kajeng Handycraft dibantu oleh pemerintah desa?
6.    Bentuk bantuan apa yang diberikan pemerintah desa kepada Kajeng Handycraft?
7.    Apakah Kajeng Handycraft mendapat bantuan berupa permodalan, peralatan, pelatihan, manajemen pemasaran, produksi, dll., dari pihak lain?
Tabel 2.1
Bantuan dari Pihak Lain
No.
Instansi
  Permodalan
Peralatan
a
Pemerintah Kecamatan


b
Dinas Perindustrian dan Perdagangan


c
Dinas UMKM


d
dll.



No.
Instansi
Manajemen
Pemasaran
Teknik
Produksi
a
Pemerintah Kecamatan


b
Dinas Perindustrian dan Perdagangan


c
Dinas UMKM


d
dll.




8.    Bagaimana dengan pengelolaan limbah industri Kajeng Handycraft?
9.    Adakah program/kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan olehKajeng Handycraft kepada karyawan?, misalnya:
a.  Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk merintis usaha mandiri?
b.  Memberikan bantuan permodalan, pemasaran, dll., kepada karyawan yang \      mempunyaim usaha?
c.  Mengirim karyawan untuk mengikuti diklat, workshop, pameran, dll.,?
10.  Adakah program/kegiatan bentuk pemberdayaan masyarakat yang dilakukan olehKajeng Handycraft kepada masyarakat Desa Panggungharjo?
11.  Apa dan bagaimanakah faktor penghambat (tenaga kerja, per,odalan, pemesanan, bahan baku, regulasi, pemerintah, pendampingan, dll.) usaha industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft?
12.  Apa dan bagaimanakah faktor pendorongdalam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan olehKajeng Handycraft?
PEDOMAN WAWANCARA
SUBJEK:
KEPALA DESA, DUKUH, DAN SEKRETARIS DESA PANGGUNGHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA
Tanggal :.............................................................................................
Waktu    :.............................................................................................
Tempat   :............................................................................................
A. Identitas Subyek
1.      Nama :.......................................................................................
2.      Umur :.......................................................................................
3.      Pendidikan :...............................................................................
4.      Jenis Kelamin :..........................................................................
5.      Jabatan : Kades/Sekdes, Ka. Dukuh, Ka. BPD).
6.      Alamat :.....................................................................................
B. Pertanyaan:
  1. Sepengetahuan bpk/ibu/sdr, perusahaan Kajeng Handycrafttersebut berdiri tahun berapa?
  2. Berapa jumlah karyawannya?
  3. Siapa pemiliknya?
  4. Apa saja produk Kajeng Handycraft?
  5. Dijual kemana saja produk Kajeng Handycraft?
  6. Berapa orang warga Desa Panggungharjo yang menjadi karyawan Kajeng Handycraft?
  7. Selama ini, adakah bantuan dari pemerintah desa pada permodalan tersebut?, apa bentuknya?
  8. Menurut bapak adakah bentuk pemberdayaan masyarakat yang dilakukan olehKajeng Handycraft pada warganya?, sperti apa benyuk programnya?
  9.  Apa dan bagaimanakah faktor penghambat(tenaga kerja, aspek lingkungan, dan aspek sosial budaya) dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan olehKajeng Handycraft yang bapak Kepala Desa dan Sekretaris Desa ketahui?
  10. Apa dan bagaimanakah faktor pendukung dari pemerintahan desa untuk usaha industri kerajinan kayu Kajeng Handycraft yang bapak Kepala Desa dan Sekretaris Desa ketahui?
  11. Apa bentuk dukungan yang diberikan oleh pemerintah desa kepada Kajeng Handycraft?
  12. Apa harapan bapak sebagai pemerintah desa terhadap Kajeng Handycraft?
  13. Apa dampak positif bagi pemerintah desa dengan adanya Kajeng Handycraft?
  14. Apa dampak positif bagi masyarakat desa dengan adanya Kajeng Handycraft?
  15. Apa ada dampak negatif dengan adanya Kajeng Handycraft?, bagaimana mengatasi dampak negatif tersebut?
  16. Adakah bekas karyawan Kajeng Handycraft yang berhasil berkembang menjadi pekerja mandiri/pengusaha industri kayu seperti Kajeng Handycraft?, apa, siapa, dimana, berpa karaywannya, dan lama berdirinya?

PEDOMAN WAWANCARA
SUBJEK:
KARYAWAN KAJENG HANDYCRAFT
Tanggal :..................................................................................................
Waktu    :..................................................................................................
Tempat   :.................................................................................................
A. Identitas Subyek
1.      Nama :.........................................................................................
2.      Alamat :.......................................................................................
3.      Umur :.........................................................................................
4.      Pendidikan :.................................................................................
5.      Jenis Kelamin :............................................................................
6.      Lama menjadi karyawan :..........................................................
7.      Kerja di bagian :.........................................................................
B. Pertanyaan:
1.      Mengapa bapak/ibu/sdr/i memilih kerja di Kajeng Handycraft?
2.      Jam kerja di Kajeng Handycraft dari jam berapa sampai jam berapa?
3.      Jarak ruman bapak/ibu/sdr/i ke Kajeng Handycraft berapa km?
4.      Suami/istri bapak/ibu/sdr kerja dimana?
5.      Pendidikan suami/istri bapak/ibu/sdr tamat apa?
6.      Berapa usia suami/istri bapak/ibu/sdr?
7.      Bagaimana sistem pemberian gaji bapak/ibu/sdr di Kajeng Handycraft, mingguan atau bulanan?, jika boleh tau berapa pendapatan/gaji bapak/ibu/sdr sebagai karyawan Kajeng Handycraft?
8.      Apakah bapak/ibu/sdr mempunyai pekerjaan sampingan, jika boleh tau berapa gaji pekerjaan sampingan bapak/ibu/sdr?
9.       Berapa pengeluaran bapak/ibu/sdr per bulan?
a.                   Makan/Minum? Rp......................
b.                   Listrik? Rp...................................
c.                   Transportasi? Rp..........................
d.                  Telepon? Rp.................................
e.                   Kebutuhan sosial? Rp...................
f.                    Pendidikan anak? Rp....................
TOTAL Rp.....................................
10.  Menurut bapak/ibu/sdr sebagai karyawan, apa sajakah yang bapak/ibu/sdr dapatkan selama bekerja pada perusahaan ini terkait pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan olehKajeng Handycraft?
11.  Menurut bapak/ibu/sdr sebagai karyawan, bagaimanakah bentuk pemberdayaan masyarakat yang bapak/ibu/sdr rasakan selama bekerja diKajeng Handycraft?.
12.  Apakah bapak/ibu/sdr mempunyai kartu BPJS?, kemudian yang membayar pekerja atau perusahaan?
13.  Jika bapak/ibu/sdr dan atau anggota keluarga bapak/ibu/sdr sakit, apakah perusahaan juga ikut menanggung dengan kartu BPJS?, bagiamana bantuan dari perusahaan?
14.  Menurut bapak/ibu/sdr sebagai karyawan, apa dan bagaimanakah faktor penghambat dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan olehKajeng Handycraft yang bapak/ibu/sdr ketahui?
15.  Menurut bapak/ibu/sdr, apa saja kendala dalam pengembangan perusahaan industri Kajeng Handycraft ini?
16.  Menurut bapak/ibu/sdr sebagai karyawan, apa dan bagaimanakah faktor pendukung dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan olehKajeng Handycraft yang bapak/ibu/sdr ketahui?
17.  Menurut bapak/ibu/sdr, apa saja faktor pendukung berkembangnya industri Kajeng Handycraft baik dari aspek internal maupun aspek eksternal?



 "Maaf Dokumentasi dan hasil penelitian lainya belum di masukan Terimakasih"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar