Jumat, 19 Januari 2018

Mengenal makna pendidikan pemikiran Kata "Ki Hajar Dewantara"


Mengenal makna pendidikan pemikiran Kata "Ki Hajar Dewantara"

Oleh : Peus Urwan Yogyakarta 20/01/2018


Moralitas dalam Pendidikan 


Moralitas dalam pendidikan seringkali merupakan suatu pemikiran matang dalam proses mengubah pola kehidupan manusia, sikap maupun tata laku sesorang atau sekelompok orang dalam usaha untuk mendewasakan atau kata lain memanusiakan manusia dalam kehidupan mausia itu sendiri, sehingga manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan adalah sebuah proses dengan cara beradaban langsung bersama warga atau masyarakat pada umumnya berusaha untuk menyelematkan  "sosial"berdasarkan sesuai dengan sebuah visi dan cita-cita yang di bangun oleh seseorang yang mampu mengendalikan dampak lingkungan soial itu sendiri,  dengan cara berkomunikasi dalam kontak sosial di iringi dengan perubahan-perubahan sosial tertentu, yakni merubah pola kehidupan masyarakat dengan dikemukakan dalam bentuk "sekelompok-kelompok masyarakat dilingkungan sosial" mendidik dalam pendidikan  yang matang dan punda mental.

    Sedangkan menurut secara umum Pendidikan diartikan sebuah usaha sadar yang terencana yang dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akal budi mulia, dan juga keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri beserta masyarakat.
Bagi pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan; supaya mengunakan dasar tatatertib dan damai,tentram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang.

      Memajukan pertumbuhan budi akal dan pikiran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, agar pendidikan dapat memajukan kesempurnaan hidup. yakni: kehidupan yang selaras dengan perkembangan dunia. Tanpa meninggalkan jiwa kebangsaan. Dunia terus mengalami perkembangan, pergaulan hidup antar satu bangsa dengan bangsa lainnya tidak dapat terhindarkan. Karena mempengaruh kebudayaan dari luar semakin mungkin mengada-ngada masuk kulturasi sasi dengan kebudayaan nasional. Oleh karena itu, seperti dianjurkan ,Ki Hajar Dewantara, berusaha kita memilih mana yang terbaik untuk menambah kemauan hidup dalam kebudayaan luar yang akan memmpengaruhi dan merusak jiwa rakyat Indonesia dengan selalu mengingat: semua kemajuan dilapangan ilmu pengetahuan harus terorientasikan dalam pembangunan martabat bangsa.

      Apa yang menjadi tujuan kami untuk memajukan pendidikan kirime saat ini seolah pudar, misinya seolah tergerus oleh sistem pendidikan yang ada saat ini. Biaya pendidikan semakin mahal sehingga tidak semua warga masyarakat terutama masyarakat miskin bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945, yang menjadi aturan tertinggi di negara ini, bahwa setiap warga negara berhak atas pendidikan yang layak.
Ki Hajar Dewantara mempunyai azas dan dasar-dasar pendidikan dalam mendirikan Taman Siswa, dua dasar yang menjadi poin utama yang paling mendasar adalah kemerdekaan dan keadilan sosial, dimana Ki Hajar Dewantara menekankan hak kemerdekaan kepada setiap individu untuk mengatur dirinya sendiri namun bukan kebebasan yang tanpa batas, pendidikan yang dibangun Ki Hajar Dewantara tidak mengenal unsur paksaan dan hukuman, juga tidak mengenal kompetisi tapi tetap mengutamakan kreativitas.

     Pemikiran atau konsep pendidikan yang dibangun Ki Hajar Dewantara sudah saatnya dibangkitkan. saat ini keadaan pendidikan di Indonesia hampir sama kondisinya dengan zaman Ki Hajar Dewantara dulu atau pada masa penjajahan. Di era penjajahan Belanda, tidak semua warga pribumi  terutama kaum miskin bisa mengenyam pendidikan secara layak. Pendidikan hanya bisa dirasakan oleh kaum kaya, salah satunya yaitu orang yang mempunyai hubungan dengan pemerintah Belanda saat itu. Pun halnya pendidikan saat ini, tidak semua lapisan masyarakat bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas. Malah pemerintah sendiri, seolah menciptakan pengkotakan sekolah, yaitu sekolah untuk orang kaya dan orang miskin. Sekolah orang kaya kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan sekolah orang miskin, begitu juga dengan sarana dan prasarananya. Salah satu contoh adalah menciptakan Rintisan Sekolah.

Makna Dalam Pengenalan Pendidikan 

  1. Makna dalam Pengenalan Pendidikan merupakan suatu investasi masa depan, serupah dengan orang-orang seringkali menyebutkan bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi warga masyarakat untuk meraih masa depan yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan akan membawa dampak yang signifikan bagi perkembangan peradaban suatu masyarakat. Namun demikian, pendidikan yang berkualitas baik sesuai dengan bercita-cita suatu masyarakat tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat atau terjadi dengan sendirinya tanpa ada usaha. Bahkan Berkenaan dengan hal tersebut maka secara sosiologis pada umumnya masyarakat beserta seluruh warganya berusaha untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang diharapkan akan memberikan hasil sesuai dengan cita-cita sebagai anak bangsa.
  2. Sistematika pendidkan berstandar nasional di suatu bangsa dan negara adalah pendikikan telah melandaskan perlunya tanggung jawab dan kewajiban negara dalam tatanan utama untuk mengedpankan masa depan bangsa. Pendidikan diletakkan pada semua pihak yang berkepentingan dalam konteks Menurut Pieter W. F. Davis, pemberdayaan adalah kegiatan memberikan pelatihan juga dengan memberikan kesempatan untuk membuat keputusan mengambil langkah yang langsung mempengaruhi dalam pemberdayaam masyarakat melalui pendidikan. Moral. Dan menyebut dengan “Tri Pusat Pendidikan” yang bermakna bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hal itu dikarenakan semua lembaga tersebut merupakan pusat-pusat terselenggarakannya pendidikan. Bahwa semua pihak bertanggung jawab atas pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan bagi warga masyarakat pada umumnya. Setiap pihak akan memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang berskali tinggi dan berbeda di dalam penyelenggaraan pendidikan.
  3. Namun demikian, masyarakat, sekolah, dan keluarga dituntut peran dan partisipasinya yang nyata dan tidak saling menggantungkan di dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Partisipasi semua pihak akan terwujud dalam bentuk kinerja yang saling mendukung demi terwujudnya cita-cita masyarakat. Dari perspektif ini maka menjadi sangat tidak masuk akal apabila ada pihak yang yang tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik tetapi menuntut hasil pendidikan yang berkualitas. Dengan kata lain,  pencapaian tujuan pendidikan yang berkualitas baik diperlukan kemitraan dari semua pihak agar pendidikan semakin berdaya untuk mewujudkan tujuannya secara berkualitas.
  4. Berdasarkan pemikiran tersebut maka ada beberapa bentuk kerjasama yang mungkin terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan, antara lain: kemitraan antara sekolah dan keluarga, antara sekolah dan masyarakat, dan terakhir antara keluarga dan masyarakat. merupakan  bentuk kemitraan dan pemberdayaan pendidikan, dan seterusnya. Kemitraan antara sekolah dan keluarga berupa berbagai usaha yang dapat dilakukan keluarga untuk mendukung pencapaian tujuan 3 belajar/sekolah. Keluarga mendukung sepenuhnya berbagai usaha pendidikan yang dilakukan pihak sekolah. Kemitraan antara  sekolah dan masyarakat dapat berupa penciptaan iklim yang mendukung untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Masyarakat menjamin sekolah tidak akan tercemari berbagai situasi dan kondisi yang bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan. Sedangkan kemitraan antara keluarga dan masyarakat berupa pemberian fasilitasi dan  kesempatan untuk terselenggaranya suatu program pendidikan bagi anggota keluarga maupun anggota masyarakat, secara eksplisit misalnya masyarakat mengusulkan dibukanya sekolah  baru. Dalam artikel ini, bentuk kemitraan antara keluarga dan sekolah akan menjadi fokus dalam pembahasannya.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar